Adapun stabilitas daya listrik juga tidak kalah dengan jaringan listrik dari PLN, meski terkadang mengalami masalah saat musim kemarau.
Sukadi, salah satu warga Dusun Janjing berharap, eksistensi PLTMH Kali Maron tetap terjaga menyalurkan energi listrik ke tempat tinggalnya.
Menurut dia, selain memiliki sejarah penting bagi masyarakat Janjing, PLTMH Kali Maron masih menjadi satu-satunya penyuplai energi listrik ke Dusun Janjing.
“Kami bisa menikmati listrik ya dari kincir itu. Sampai sekarang jaringan listrik PLN belum menjangkau ke tempat kami,” ujar Sukadi.
Pembangunan pembangkit listrik mikrohido untuk memenuhi kebutuhan listrik warga Dusun Janjing, diinisiasi oleh Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH), sebuah LSM di Desa Seloliman.
Gagasan itu menuai respon positif dari masyarakat Janjing yang sejak sejak lama bermimpi untuk menikmati listrik.
Pada 1992, PLTMH Kali Maron mulai dibangun dengan biaya dari partisipasi warga, PPLH Seloliman dan bantuan dari Kedubes Jerman. Lalu pada Agustus 1994, pembangkit listrik mulai beroperasi.
Baca juga: Energi Terbarukan di Indonesia
Salah satu warga Dusun Janjing, Wagimin mengungkapkan, keterlibatan warga dalam pembangunan pembangkit listrik mikrohidro, berlangsung sejak kemunculan gagasan itu.
Saat pembangunan, warga terlibat dalam gotong royong untuk memproses bangunan sipil dan mekanik maupun merampungkan instalasi PLTMH Kali Maron hingga masuk ke Dusun Janjing.
"Membangunnya ya gotong royong, semua warga ikut. Saya dibayar, tapi tidak penuh. Waktu itu dibayar Rp 3.500," ungkap Wagimin.
Ketua Yayasan Lingkungan Hidup Seloliman (YLHS), lembaga yang menaungi PPLH Seloliman, Suroso mengatakan, PLTMH Kali Maron tidak hanya menjawab persoalan kebutuhan listrik untuk masyarakat Janjing.
Kehadiran pembangkit listrik tersebut juga telah mengajarkan pentingnya kebersamaan dan sikap profesional dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
"Warga yang ikut kerja, dibayar separuh pun mau karena ingin punya listrik. Mereka mau karena menjadi bagian dari kontribusi mereka. Itu yang menjadi kekuatan sehingga pembangkit itu bisa bertahan sampai sekarang," ungkap Suroso.
Sungai Maron sebagai sumber alami energi terbarukan untuk pemenuhan kebutuhan listrik, sangat bergantung dengan kondisi hutan di wilayah hulu.