Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Sufyan Abd
Dosen

Dosen Digital Public Relations Telkom University, Lulusan Doktoral Agama dan Media UIN SGD Bandung. Aktivis sosial di IPHI Jabar, Pemuda ICMI Jabar, MUI Kota Bandung, Yayasan Roda Amal & Komunitas Kibar'99 Smansa Cianjur. Penulis dan editor lebih dari 10 buku, terutama profil & knowledge management dari instansi. Selain itu, konsultan public relations spesialis pemerintahan dan PR Writing. Bisa dihubungi di sufyandigitalpr@gmail.com

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Kompas.com - 19/02/2024, 10:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBAGAI warga Jawa Barat, selama kampanye Pemilu kemarin, penulis sempat melintasi berbagai kota di provinsi tersebut, tetapi tak satupun menemukan poster Alfiansyah Komeng, calon anggota DPD Jawa Barat.

Begitu pula kegiatan kampanye turba (turun ke bawah) menemui masyarakat sebagai kandidat.

Komeng sama sekali berbeda dengan calon DPD lain yang penulis kenal. Mereka membuat aneka macam dan rupa kampanye tatap muka.

Namun, Komeng setidaknya sudah dipilih sekitar 1,8 juta masyarakat Jabar hingga Senin (19/2/2024) pukul 10.00 WIB.

Tak hanya itu, beberapa petahana anggota DPD Jabar pun disalip oleh calon nomor urut 10 ini. Seperti KH Amang Syarifudin (nomor urut 11) serta Dra. Ir. Hj. Eni Sumarni (nomor urut 30) yang masih ratusan ribu suara.

Menariknya, saat verifikasi awal, Komeng sempat dinyatakan KPU Jabar dalam status BMS (Belum Memenuhi Syarat) karena KTP pendukung kurang dari ketentuan.

Komeng mengaku tak keluar duit banyak dalam proses pencalonan. Bahkan saat diwawancara, ia mengaku bisa menang pemilu kali ini dengan biaya super terjangkau.

Lalu, bagaimana bisa komedian senior ini menang telak tanpa modal banyak? Penulis coba gunakan pendekatan public relations dan marketing communication dalam empat poin analisa berikut.

Pertama, munculnya "wow effect" dari sosok sekaligus penampilan Komeng dalam kertas suara. Ketika kandidat lain tampil super formal, baik berjas berdasi/sorban/kopiah/baju adat hingga ada yang gunakan helm proyek, Komeng malah tampil super informal dengan wajah khas-nya yang tengah melucu.

Foto selfie yang bodor, diambil sendiri di halaman rumahnya, membuat tiada jarak sehingga memunculkan efek wow tersendiri.

Di satu sisi, pemilih di Jabar banyak yang bingung pilihan calon anggota DPD karena tidak familiar dengan para calon.

Jadi, belum juga reda terkejut ada nama Komeng yang sangat sohor di benak, masyarakat tambah bergumam wow melihat gayanya yang tidak lazim untuk ukuran seorang pejabat publik dengan level tinggi se-kaliber senator.

Kedua, imaji khalayak masyarakat Jabar selama dua periode sebelumnya, DPD memang identik dengan entertainer.

Sebelum Komeng, komedian ONI Sos (dulu se-grup dengan Sule) adalah petahana DPD Jawa Barat dari 2014 hingga 2024 ini.

Maka, khalayak punya relasi asosiasi dengan sosok penghibur, sehingga selepas Oni SOS (yang beralih jadi caleg di Pileg 2024), maka "boleh" diteruskan oleh sosok penghibur lainnya seperti Komeng.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com