Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Nikmati Listrik dari Sungai, Punya Pembangkit Sendiri Tanpa Bahan Bakar (1)

Kompas.com - 26/08/2020, 19:42 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

Lampu minyak itu dibuat dari kaleng bekas yang diberi kain sebagi sumbu untuk menyalakan api. Untuk menghasilkan penerangan, kaleng bekas itu diberi minyak tanah.

Sulastri menuturkan, selain tidak memiliki penerangan dari listrik, kondisi jalan menuju Dusun Janjing juga tidak bisa dilalui kendaraan.

Satu-satunya cara memasuki perkampungan itu dengan berjalan kaki melalui jalan setapak. Dulu, belum ada jembatan yang layak untuk keluar masuk perkampungan.

"Kalau malam lampunya pakai kaleng yang dikasih minyak tanah. Dulu di sini jalannya juga susah," ungkap Sulastri, perempuan berusia 54 tahun yang sudah memiliki dua cucu.

Cerita senada disampaikan Kamun (63), kakek satu cucu yang sudah puluhan tahun tinggal di Dusun Janjing.

Ia menuturkan, saat warga Dusun Biting, Balekambang dan Sempur, sudah menikmati penerangan listrik di malam hari, dirinya masih menggunakan lampu minyak untuk penerangan.

Cahaya terang dari lampu listrik mulai dinikmati warga Dusun Janjing pada Agustus 1994. Listrik tersebut bukan dari jaringan PLN, namun dari pembangkit listrik yang mereka bangun sendiri.

Baca juga: Fitri Tak Menyangka Wajah Anaknya Ada di Uang Rp 75.000: Semuanya Mendadak...

Dalam kenangan Kamun, peristiwa bersejarah bagi masyarakat Dusun Janjing terjadi sekitar 1994.

Kala itu, seluruh masyarakat dusun berkumpul di mushala dan menjadi saksi listrik untuk pertama kalinya menyala di Dusun Janjing.

"Waktu itu heboh, satu kampung tepuk tangan. Kami sangat senang karena sebelumnya tak ada listrik jadi bisa punya listrik. Sampai sekarang pakai listrik kincir, kalau dulu saya menggunakan lampu minyak," ungkap Kamun.

Listrik Kincir

Warga Dusun Janjing mengenal listrik yang menerangi perkampungan mereka sebagai listrik kincir. 

Energi listrik ke perkampungan itu berasal dari pembangkit listrik yang memanfaatkan aliran Sungai Maron sebagai penggerak turbin air.

Lazimnya, pembangkit listrik itu disebut sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA). 

Namun karena skalanya lebih kecil dengan daya listrik kurang dari 100 kWh, pembangkit itu dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com