Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Nikmati Listrik dari Sungai, Punya Pembangkit Sendiri Tanpa Bahan Bakar (1)

Kompas.com - 26/08/2020, 19:42 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

Menurut Suroso, pegiat lingkungan hidup yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Pengurus Paguyuban Kali Maron, kesadaran masyarakat untuk melindungi kelestarian hutan sudah ada sejak dua dekade lalu.

Sejak beroperasinya pembangkit listrik mikrohidro, pekerjaan yang berpotensi merusak kelestarian hutan dan mempengaruhi debit Kali Maron, perlahan mulai ditinggalkan. 

“Sejak ada pembangkit, kesadaran masyarakat mulai tumbuh. Illegal logging sekitar tahun 1998 sudah mulai berkurang, sekarang sudah tidak ada lagi," ujar Suroso, 

Saat ini, jelas dia, kelestarian hutan di kawasan Gunung Penanggungan relatif terjaga, sehingga aliran air Sungai Maron bisa dikonversi menjadi energi listrik selama 26 tahun terakhir.

"Secara geografis kondisi hutan terjaga, habitat di daerah yang menjadi daerah penyangga air di aliran sungai Kalimaron terjaga. Pola hidup orang kampung sudah tidak seperti dulu," kata Suroso.

Direktur Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (Ibeka) Tri Mumpuni mengatakan, pembangkit listrik mikrohidro merupakan solusi pemenuhan listrik untuk daerah terpencil yang sulit dijangkau PLN.

Pembangkit listrik mikrohidro bisa dibangun berdasarkan kondisi geografis suatu daerah yang memiliki sungai dan hutan. 

Baca juga: Rumah Warga Rusak akibat Guncangan Ledakan di Pabrik Bioethanol Mojokerto

Menurut Puni, sapaan akrabnya, mikrohidro menjanjikan pemenuhan energi listrik dengan biaya rendah, serta mudah dioperasikan dan dirawat.

Selain itu, pembangkit listrik mikrohidro juga ramah lingkungan karena tidak memerlukan bahan bakar energi fosil.

Sebagai potensi sumber energi terbarukan untuk menghasilkan listrik yang bersifat alami, sungai dan hutan saling terkait erat.

Tantangannya, ujar Puni, hutan yang menjadi penyangga kebutuhan air di daerah hulu sungai, harus dijaga bersama agar terlindungi kelestariannya. 

Kelestarian hutan diperlukan agar pasokan air sungai menuju pembangkit listrik tetap konstan dan bisa menghasilkan energi listrik.

Dijelaskan Puni, hilangnya setiap pohon hutan di daerah penyangga sungai, bakal mengurangi debit air sebab setiap pohon memiliki potensi simpanan air hingga 10 liter per hari.

"Kita bisa membayangkan kalau setiap hari ada pohon di hutan yang ditebang, berapa banyak air yang hilang. Makanya sangat penting bagi kita untuk bersama-sama menjaga hutan," ujar Puni saat dihubungi, Minggu (23/8/2020).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com