SOLO, KOMPAS.com – Menjelang perhelatan pesta demokrasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2024, terjadi kejutan yang menarik perhatian publik di Kota Solo, Jawa Tengah (Jateng).
Ternyata, terdapat cukup banyak perempuan yang menunjukkan minat untuk menjadi wali kota maupun wakil wali kota di tanah kelahiran Presiden Joko Widodo atau Jokowi tersebut.
Fenomena ini menjadi tanda adanya perubahan dalam partisipasi politik perempuan di "Kota Bengawan".
Faktanya, dalam kurun waktu 78 tahun terakhir, Kota Solo belum pernah sekali pun dipimpin oleh perempuan. Sejak 1946 hingga sekarang, dari 18 Wali Kota Solo, semuanya tak lain adalah laki-laki.
Baca juga: Golkar Jagokan Putri Akbar Tanjung, Sekar Krisnauli, pada Pilkada Solo
Keterlibatan perempuan dalam Pilkada Solo memang terbilang minim di masa sebelumnya.
Misalnya saja, pada Pilkada 2020, hanya ada satu perempuan yang mendaftar menjadi bakal calon wakil wali kota. Pada gilirannya, ia bahkan gagal dalam proses kandidasi.
Sementara itu, dalam beberapa bulan terakhir, sudah muncul enam nama perempuan yang siap berkompetisi dalam Pilkada Solo 2024. Empat di antaranya bahkan mengincar kursi orang nomor satu.
Para sosok perempuan tersebut, yakni Rektor Universitas Surakarta (Unsa) Astrid Widayani; Ketua DPD II Partai Golkar Solo Sekar Krisnauli Tandjung; politikus PDI-P Solo Anna Budiarti; pegiat sosial Diah Warih Anjari; putri politikus PDI-P Aria Bima, Sukma Putri Maharani atau Riri; dan pangamat politik, R.Aj. Mayyasari Timoer Gondokusumo.
Astrid, Sekar, dan Diah telah sama-sama mendaftarkan diri menjadi bakal calon wali kota lewat Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI), sedangkan Anna Budiarti mendaftar melalui PDI-P.
Riri dan Mayyasari juga mencalonkan diri lewat DPC PDI-P Solo, tetapi untuk posisi bakal calon wakil wali kota.
Saat diwawancara, Astrid Widayani menyadari sejarah Kota Solo yang tidak pernah dipimpin oleh perempuan. Tetapi, ia telah membulatkan tekad untuk mengabdikan pikiran, tenaga, dan hatinya untuk pembangunan kota kelahirannya itu.
Astrid mengaku tak gentar untuk terlibat dalam kontestasi perebutan kursi kepemimpinan di "Kota Bengawan". Ia justru merasa lebih tertantang ketika dihadapkan pada sejarah Solo yang selalu dipimpin oleh laki-laki.
Sosok yang akrab disapa "Mbak Rektor" itu ingin membuktikan perempuan juga punya potensi yang tak kalah dengan laki-laki dalam hal memimpin daerah. Menurutnya, kepemimpinan tidak bisa terlepas dari individu yang berperan sebagai pemimpin.
"Saya kira ketika bicara pemimpin sudah tak relevan lagi didasarkan pada gender. Tapi, itu lebih pada kapasitas dan kontribusi yang dapat seseorang berikan kepada masyarakat. Itulah yang saya usahakan selama ini sebagai rektor dan aktif di berbagai organisasi," ucapnya, Senin (24/6/2024).
Dengan mendaftarkan diri menjadi bakal calon wali kota di Kantor DPC Gerindra Solo pada Kamis (9/4/2024) dan di Kantor DPD PSI Solo pada keesokan harinya atau Jumat (10/4/2024), Astrid tercatat menjadi perempuan pertama yang memantapkan diri maju ke Pilkada Solo tahun ini.