Senada, Sekar Tandjung telah menyatakan kesiapannya untuk maju dalam Pilkada Solo tahun ini. Ia mencatat dibandingkan dengan masa lalu, masyarakat secara umum kini lebih menerima dan mendukung perempuan untuk mengambil peran kepemimpinan di banyak bidang, termasuk politik atau kepala daerah.
"Jika melihat animo masyarakat, munculnya sosok-sosok perempuan di berbagai lini kepemimpinan cukup disambut positif dan antusias ya. Situasi ini tentu menjadi angin segar bagi kami, khususnya perempuan-perempuan muda yang sedang mencoba meniti karir," ujar perempuan 27 tahun itu, Senin (10/6/2024).
Di Solo, fakta bahwa belum pernah ada perempuan yang terpilih menjadi wali kota maupun wakil wali kota, tidak mengecilkan semangat Sekar. Justru, ia melihat hal ini sebagai peluang untuk memecahkan stereotip dan membuktikan bahwa perempuan juga mampu memimpin kota.
Lagi pula, Sekar menyaksikan, angka pencalonan maupun keterpilihan perempuan dalam Pilkada di Indonesia terus naik. Dengan kata lain, ia meyakini, hanya masalah waktu sebelum jumlah perempuan yang menduduki posisi eksekutif puncak sama banyaknya atau menyalip laki-laki.
Melihat semakin banyaknya perempuan yang berminat maju dalam Pilkada Solo tahun ini, putri bungsu politikus kawakan Akbar Tanjung itu pun merasa tertantang sekaligus senang dan bangga.
Sekar menganggap situasi ini sebagai tanda penerimaan terhadap perempuan semakin baik dan semangat kepemimpinan perempuan semakin tinggi.
“Harapannya hal itu juga jadi pesan kepada para pemegang kekuasaan sekarang bahwa sudah tidak lagi zamannya kita untuk tidak memperhitungkan perempuan. Para pemimpin, baik perempuan maupun laki-laki, tidak bisa lagi untuk tidak menggunakan lensa berperspektif gender. Semua harus mempertimbangkan dampak kebijakan terhadap perempuan,” ungkapnya.
Baca juga: Kaesang Beri Surat Tugas ke Sekar Tandjung untuk Maju ke Pilkada Solo
Ia lalu menyinggung dinamika politik di Solo yang semakin cair dan dinamis, sehingga memungkinkan siapa saja untuk bisa terpilih menjadi wali kota maupun wakil wali kota.
Sekar mencatat bahwa fenomena ini tidak terlepas dari gelaran Pileg dan Pilpres awal tahun ini, di mana masyarakat menunjukkan ketertarikan yang lebih besar terhadap tokoh individu daripada partai.
"Jadi ini menjadi menarik gitu bahwa masyarakat sekarang afinitasnya lagi agak geser dari partai ke tokoh, apalagi kita juga menerima angkatan pemilih muda yang memang behaviornya high flexibility ya,” ujar perempuan lulusan Boston University jurusan jurnalistik itu.
Politikus Partai Golkar yang sudah terpilih sebagai anggota DPRD Solo periode 2024–2029 itu mengamati bahwa para pemilih muda, dengan karakteristik fleksibilitas tinggi, cenderung lebih memilih calon berdasarkan figur yang mereka percayai dan kagumi daripada sekadar afiliasi partai.
Sekar menilai, kekuatan partai pengusung dan pendukung tidak akan selalu linier dengan perolehan suara kandidat pada hari-H pencoblosan karena Pilkada terdapat faktor figur dan kharisma calon.
Ketika ditanya, Sekar mengaku belum pernah mendengar langsung narasi yang meragukan kemampuan perempuan untuk memimpin selama dirinya berproses maju dalam Pilkada Solo kali ini.
Ia menyadari di luar sana mungkin ada diskusi soal itu, tetapi belum memengaruhi niatnya. Ia juga merasa Solo sebagai daerah perkotaan sudah memiliki infrastruktur keamanan yang cukup baik untuk mendukung gerak perempuan.
Sekar mengaku belum menghadapi kendala berarti dalam upayanya maju Pilkada Solo kali ini. Dalam membangun basis massa dan dukungan, ia masih sering terjun ke lapangan secara langsung, bukan hanya mengandalkan platform digital.
”Kami tidak mengabaikan pentingnya pendekatan personal melalui kegiatan-kegiatan lokal seperti wedangan yang khas Solo ya. Kami juga hadir di kegiatan-kegiatan di tingkat RT/RW atau kelurahan, bertegur sapa dengan masyarakat, dan sejuah ini berjalan lancar. Penerimaan mereka baik,” tuturnya.
Sementara itu, Sekar tak menampik ada andil keluarga atau orangtua di dalam keputusannya maju ke Pilkada. Namun, wujudnya bukanlah dorongan secara langsung, melainkan dari nilai-nilai yang ditanamkan.
”Jadi aku lahir dari keluarga yang female energinya tuh kuat banget karena kami empat bersaudara perempuan semua. Bu Nina sebagai ibu juga adalah ibu yang sangat luar biasa dan Pak Akbar sebagai ayah pun juga kami sebut sebagai ayah yang feminis. Maksudnya, beliau itu tak pernah mengarahkan atau menutupi kesempatan berbasis gender. Misalnya, Pak Akbar itu enggak pernah membatasi, ‘kamu enggak boleh ini karena kamu perempuan’. Kami justru ditantang untuk memaksimalkan kesempatan yang ada dan berani mengambil peran dengan pertimbangan-pertimbangan masing-masing,” ucapnya.
Sekar juga ingin mengajak para perempuan dan anak muda lain untuk berani mengambil peran di masyarakat.
Menurutnya, sebenarnya ada banyak ruang yang bisa dimanfaatkan perempuan dan anak muda untuk berkarya serta berdaya guna, termasuk di organisasi mahasiswa, lingkungan kerja, maupun di lingkungan RT/RW.
“Penting sekali bagi perempunan dan anak muda untuk lebih berani dalam meraih posisi kepemimpinan. Karena pada akhirnya, kita akan ikut menentukan hidup kita tuh akan seperti apa. Jangan jadi pihak-pihak yang apatis. Jika memang punya kesempatan (memimpin) di tingkat tinggi, ya ambil,” ucapnya.
Sekar Tandjung telah secara resmi diusung oleh Partai Golkar untuk maju dalam Pilkada Solo 2024. Ia kemudian mendaftar sebagai bakal calon wali kota di DPC Partai Gerindra Solo dan DPD PSI Solo pada Selasa (4/6/2024), karena kebutuhan akan koalisi.
Golkar bagaimanapun hanya meraih tiga kursi pada Pileg Solo 2024. Sekar harus mendapat dukungan dari partai lain dengan total sembilan kursi DPRD jika ingin maju Pilkada. Gerindra dan PSI diketahui masing-masing memiliki modal lima kursi.