Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menangkal Potensi Zoonosis Tuberkulosis pada Orang Rimba

Kompas.com - 30/06/2024, 21:21 WIB
Suwandi,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Untuk memastikan penularan membutuhkan penelitian dengan pengujian laboratorium. Meskipun penelitian di sejumlah negara monyet ekor panjang dapat tertular tuberkulosis atau menulari, tentu di kasus Orang Rimba menjadi sangat spesifik dan berbeda.

“Monyet ekor panjang menjadi transmisi tuberkulosis, iya. Tapi pada kasus Orang Rimba, harus ada riset untuk mengatakan itu. Saya mendorong ada pihak yang melakukan penelitian,” kata Profesor Kebijakan Kesehatan dari Universitas Indonesia.

Hasil penelitian KKI Warsi dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman pada 2015 yang mengkaji genetika populasi Orang Rimba dan kaitan terhadap kerentanan mereka akan penyakit.

Mereka mengambil 583 sampel darah Orang Rimba, yang telah mendapatkan persetujuan etik. Para peneliti mencoba mengkaji seluruh susunan DNA di dalam mitokondria, sebuah organel penghasil energi dalam sel tubuh Orang Rimba.

Hasilnya genome Orang Rimba lebih homogen. Kondisi ini menyebabkan Orang Rimba memiliki daya tahan tubuh lebih rendah dalam menangkal penyakit dari dunia luar.

Dalam riset tersebut juga terungkap 24,26 persen Orang Rimba terkena malaria. Bahkan ada yang terinfeksi jenis parasit plasmodium knowlesi yang memenuhi kriteria zoonosis, karena ditularkan oleh monyet ekor panjang melalui gigitan nyamuk.

Penangkal Zoonosis

Penularan penyakit dari hewan ke manusia atau sebaliknya disebut zoonosis. Untuk mencegah zoonosis maka membutuhkan penerapan One Health. Sementara pemerintah daerah belum sanggup. One Health harus mengintegrasikan aspek kesehatan manusia, kesehatan hewan dan lingkungan hidup dalam satu kesatuan penanganan.

“Pemda itu serba terbatas mulai dari SDM dan anggaran jika mau terapkan One Health,” kata Wiku.

Haris, Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin khawatir potensi zoonosis tuberkulosis di Orang Rimba. Namun untuk menerapkan One Health terkendala dana.

Pemerintah sudah menyusun peta jalan eliminasi tuberkulosis pada 2030. Haris harus menghalau penyakit, tetapi baru 10 persen Orang Rimba divaksin bacillus calmette-guerin (BCG). Sedangkan yang positif kebanyakan menjadi resisten obat.

Baca juga: Perjuangan Yohana Menempuh Hutan Belantara Demi Pendidikan Anak Rimba

Ia pun tak menyangkal jika penularan sudah turun temurun; dari orangtua ke anak.

“Hasil tracking penularan dari orangtua ke anak. Lalu Orang Rimba tertular dari mana? Paling masuk akal dari masyarakat sekitar, kalau dari monyet, ya butuh penelitian,” katanya.

Lima tahun terakhir, satu anak Orang Rimba meninggal dunia karena mengalami resisten obat. Sedangkan dua Orang Rimba dewasa meninggal karena tuberkulosis. Perpindahan Orang Rimba yang menjauh dari pusat layanan kesehatan memicu resisten obat.

“Mereka lupa bawa obat atau setelah pulang bingung melanjutkan pengobatan,” kata Haris.

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, kasus tuberkulosis pada 2022 di provinsi ini ada 3.685 orang. Dari angka itu, Kabupaten Merangin penyumbang tertinggi dengan 606 kasus. Tahun sebelumnya 426 kasus, sedangkan tahun 2020 sebanyak 383 kasus. Jumlahnya merangkak naik dari tahun 2019 sekitar 315 kasus.

Haris mengaku prihatin dengan nasib Orang Rimba yang rentan terhadap penyakit menular. Perubahan iklim memperparah penularan dan menghambat pengobatan tuberkulosis pada Orang Rimba.

Krisis iklim membuat mereka kesulitan mengakses pangan. Contohnya pada 2015 lalu, belasan Orang Rimba meninggal kekurangan gizi sementara anak-anak mengalami malnutrisi. Persoalan gizi berkaitan dengan daya tahan tubuh.

Staf pengajar Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Yohana Marpaung, bersama anak-anak orang Rimba di belantara hutan Jambi. Dok. KKI WARSI Staf pengajar Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Yohana Marpaung, bersama anak-anak orang Rimba di belantara hutan Jambi.

Perubahan Iklim dan Tuberkulosis

Anisa Fauzia dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMGK) Jambi menuturkan, perubahan iklim sedang terjadi. Dia memetakan perubahan kenaikan suhu rata-rata siklus satu dekade (2010-2020) angkanya mencapai 0,185 derajat Celsius.

“Ketika upaya mitigasi iklim tidak dilakukan, tahun 2030 kondisi kemarau maupun hujan, naik ke tingkat ekstrem dengan kenaikan suhu rata-rata mencapai 0,350 derajat celsius,” kata Anisa.

Pemanasan global membuat wilayah Jambi semakin menghangat. Pada 1985, suhu maksimum rata-rata harian tercatat di angka 32,1 derajat celsius. Kemudian pada 1990 angkanya naik menjadi 32,5 derajat. Lalu pada 1995 berada pada angka 32,8 derajat. Sementara pada 2000 turun menjadi 32,7 derajat. Selanjutnya kembali turun di angka 32,6 derajat pada 2005.

Setelah mengalami penurunan itu, angkanya melejit di angka 33 pada 2010, kemudian meningkat tajam menjadi 35,2 pada 2015 dan terus naik ke angka 35,8 pada 2020 lalu.

“Sepanjang tahun suhu harian maksimum semakin panas. Tercatat beberapa kejadian mendekati kondisi ekstrem,” kata Anisa.

Perubahan suhu dan curah hujan yang sangat cepat dalam rentang waktu tertentu bahkan terkadang mengalami anomali adalah bentuk nyata dari perubahan iklim. Ia mencontohkan, pada tahun 2021, hujan menghilang pada bulan-bulan yang biasanya terjadi hujan dengan intensitas lebat.

Baca juga: Hidup Nomaden, Besarnya Tantangan Anak Rimba Mengenyam Pendidikan

Sebaliknya, pada musim kemarau yang seharusnya tanpa hujan, justru mengalami hujan dengan intensitas di atas normal yakni 150-200 milimeter, nyaris mendekati kondisi ekstrem. “Kondisi kemarau basah ini dampak dari perubahan iklim,” tegas Anisa.

Kisah kemarau yang bercampur hujan sudah dirasakan Induk Lereh. Saat mencari berondolan di kebun sawit, Induk Lereh kerap basah kuyup. Menurutnya itu ganjil, sebab hujan turun di tengah musim kemarau. Pengetahuan tradisional mereka sekarang sulit mendeteksi musim.

“Langit terlihat cerah. Kami cari berondolan, tapi mendadak hujan. Anak-anak kami jadi mudah sakit. Kalau tidak batuk, pasti demam kalau sudah terkena hujan dadakan,” kata dia.

Fenomena yang paling membingungkan bagi Induk Lereh adalah terjadi kekeringan di tengah musim hujan. Panas yang begitu menyengat selama berhari-hari pada musim hujan membuat sumber air di kebun sawit menghilang.

Untuk mendapatkan air, Orang Rimba harus menempuh perjalanan sampai 2-3 kilometer dari sudong atau rumah beratap terpal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Takut Menanjak, Truk Terguling di Kawasan Wisata Danau Sipin Jambi

Takut Menanjak, Truk Terguling di Kawasan Wisata Danau Sipin Jambi

Regional
Talut Setinggi 10 Meter di Solo Longsor, Bapak dan Anak Tewas Tertimbun

Talut Setinggi 10 Meter di Solo Longsor, Bapak dan Anak Tewas Tertimbun

Regional
Mertua Perkosa Menantu yang Terbaring Sakit di Riau

Mertua Perkosa Menantu yang Terbaring Sakit di Riau

Regional
Anak Anggota DPRD Kupang Divonis 10 Tahun Penjara dalam Kasus Pembunuhan Waria

Anak Anggota DPRD Kupang Divonis 10 Tahun Penjara dalam Kasus Pembunuhan Waria

Regional
Danau Kaco di Jambi: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Cara Menuju

Danau Kaco di Jambi: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Cara Menuju

Regional
Warga Temukan Bayi Orangutan Tersesat di Kayong Utara, Alami Demam dan Dehidrasi

Warga Temukan Bayi Orangutan Tersesat di Kayong Utara, Alami Demam dan Dehidrasi

Regional
Hujan Deras 2 Jam, Alun-alun dan Perkantoran di Lingkungan Pemkab Lebak Kebanjiran

Hujan Deras 2 Jam, Alun-alun dan Perkantoran di Lingkungan Pemkab Lebak Kebanjiran

Regional
Nyamar Jadi Pembeli, Polisi Ungkap Peredaran 3 Kg Sabu di Tebing Tinggi

Nyamar Jadi Pembeli, Polisi Ungkap Peredaran 3 Kg Sabu di Tebing Tinggi

Regional
Terlambat Divaksin, 3 Warga Sumbawa NTB Meninggal Digigit Anjing Rabies

Terlambat Divaksin, 3 Warga Sumbawa NTB Meninggal Digigit Anjing Rabies

Regional
4 Saksi dari Ponpes Al-Aziziyah Lombok Barat Diperiksa Buntut Kematian Santriwati

4 Saksi dari Ponpes Al-Aziziyah Lombok Barat Diperiksa Buntut Kematian Santriwati

Regional
Mobil Ringsek Usai Hantam Truk di Tol Batang, 3 Orang Tewas

Mobil Ringsek Usai Hantam Truk di Tol Batang, 3 Orang Tewas

Regional
Pria Mabuk Mengamuk di Indragiri Hilir Riau Bunuh Anak 2 Tahun

Pria Mabuk Mengamuk di Indragiri Hilir Riau Bunuh Anak 2 Tahun

Regional
Berpotensi Kerawanan Pemilu, Bawaslu Warning Keberadaan 4.763 TKI Ber KTP Nunukan

Berpotensi Kerawanan Pemilu, Bawaslu Warning Keberadaan 4.763 TKI Ber KTP Nunukan

Regional
Pemprov Jateng Pastikan 40 Korban Tindak Terorisme Dapat Bantuan hingga Pemulihan

Pemprov Jateng Pastikan 40 Korban Tindak Terorisme Dapat Bantuan hingga Pemulihan

Regional
Pelajar SMA Ditangkap Usai Ajak Tawuran di IG, Sempat Sembunyikan Sajam di Bawah Kasur

Pelajar SMA Ditangkap Usai Ajak Tawuran di IG, Sempat Sembunyikan Sajam di Bawah Kasur

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com