Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berburu Kopi Luwak Organik di Desa Tepal

Kompas.com - 18/04/2023, 07:41 WIB
Susi Gustiana,
Andi Hartik

Tim Redaksi

Sejarah kopi di Desa Tepal

Sejarah awal kopi di Desa Tepal dimulai pada tahun 1915, saat itu masih zaman penjajahan Belanda. Jika dihitung, jaraknya dengan letusan Tambora pada April 1815 maka hampir satu abad baru masuk peradaban kopi di pegunungan Batu Lanteh tersebut.

"50 tahun pasca-letusan Tambora, di Kabupaten Sumbawa itu belum pulih, ada tanaman jenis tertentu yang bisa tumbuh," kata Yadi Surya Diputra, pegiat sejarah dan penulis buku Sumbawa Tahun 1876.

Kisah kopi berawal saat salah satu alim ulama masyhur yaitu Dea Imam Sumbawa dan Dea Imam Tepal pulang ke Indonesia usai melaksanakan ibadah haji.

Baca juga: Kiamat Tambora, April 1815

Saat kapal berlabuh di Jawa (Batavia), mereka bertemu dengan sahabatnya yang juga ulama. Bibit kopi arabika itu diberikan oleh temannya sebagai buah tangan.

Lalu disemai oleh Dea Imam Tepal di lahan satu hektar yang menjadi cikal bakal kebun kopi pertama di desa tersebut.

Ada juga pendapat yang mengatakan bibit kopi itu di bawah oleh Sultan Amrullah saat pulang umroh. Bibit kopi di bawah dari Arab. Bibit kopi itu disebut kopi Belanda yaitu arabica S7 yang berbuah 4 tahun sekali. Karena alasan itu, masyarakat tidak dikembangkan kopi jenis ini.

"Kopi S7 jika pelindungnya kurang, maka buahnya tidak bagus karena banyak yang tanpa biji meski buahnya petik merah," kata Ahdar.

Baca juga: Termahal di Dunia, Ini Sejarah Kopi Luwak di Nusantara

Selanjutnya, pada masa orde lama sekitar tahun 1958, masyarakat mulai menanam kopi robusta. Bagi orang Tepal, lazim disebut kopi Jawa, karena bibitnya dari Jawa. Saat itu, kopi robusta pegunungan Batu Lanteh hanya ada di Desa Tepal.

Setelah desa yang lain di pegunungan Batu Lanteh mengetahui ada kopi robusta, mereka mulai mencari bibit ke tempat lain. Pada tahun 1962, kopi robusta mulai di kembangkan di desa tetangga, yaitu Baturotok.

"Ada bibit dari Tepal juga yang di bawah ke Baturotok. Ada juga bibit dari Jawa tetapi tidak banyak," jelas Ahdar.

Setelah kopi robusta berhasil dikembangkan di Desa Baturotok. Masyarakat Desa Tepal mulai menanam kopi robusta secara masif dan diikuti oleh desa-desa lainnya di Kecamatan Batu Lanteh.

Kopi Arabika jenis Lini S 795 akrab disebut kawa (kopi dalam bahasa Sumbawa) unggul merupakan bibit hasil dari pengembangan kopi yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan pada tahun 1983. Harapannya, dapat meningkatkan nilai produk masyarakat.

Penyebaran kopi tersebut dimulai di Desa Tepal dan Dusun Punik Desa Batudulang. Saat itu kopi arabika dan robusta memiliki harga sama, hingga petani banyak memilih tanam robusta.

"Kini setelah sekian tahun akhirnya harapan itu terwujud. Saat ini kopi arabika memiliki peningkatan harga lebih signifikan," kata Ahdar.

Sebelum terjun di bisnis kopi, Ahdar pernah merantau di Jakarta. Ia bekerja sebagai sales, pedagang hingga pengrajin pigura.

Namun, mimpi indah di ibu kota harus dikubur ketika terjadi krisis moneter pada tahun 1998. Ia akhirnya kembali ke kampung halaman. Bermodal kebun kopi robusta warisan seluas 2 hektar, ia mulai membangun mimpi yang baru.

Ahdar terus berupaya bagaimana meningkatkan mutu dan membina petani kopi di Tepal. Pada tahun 2000 ia mendirikan koperasi serba usaha Puncak Ngengas. Ia mulai membangun jejaring dan brand kopi Tepal.

"Pada tahun 2003 kita dapat bibit kopi arabika jenis bagus yaitu andung sari," imbuh Ahdar.

Perluasan dan pengembangan area kebun kopi semakin masif, pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM memberikan bantuan pada 4 kelompok tani senilai satu miliar dan 4 kelompok di Desa Baturotok dengan nilai yang sama.

Saat itu, kelompoknya mulai dibina oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Indonesia.

Ia mulai menjadi pemateri di acara temu lapangan petani kopi pada tahun 2011. Saat awal bangun brand kopi Tepal, Ahdar mengikuti banyak festival kopi dan kerap memberikan kopi secara gratis. Hal itu dilakukan agar kopi dikenal banyak orang di seluruh Indonesia.

"Saya juga pernah ikuti festival di Arab Saudi. Itu semakin menambah kuat branding kopi Tepal hingga mancanegara," cerita Ahdar.

Sampai hari ini, harga jual kopi arabika Rp 60.000 per kilogram. Sedangkan robusta, tahun ini naik ke harga Rp 30.000 dari sebelumnya Rp 20.000 per kilogram.

Di Desa Tepal, potensi kopi robusta sampai 600 ton, sementara untuk Kecamatan Batulanteh, jika hasil panen bagus bisa 2.000 ton per tahun. Meski begitu, kopi dari Sumbawa belum bisa ekspor karena tingkat produksi masih rendah.

"Kita belum bisa penuhi permintaan pasar internasional. Sekarang kita masih pengembangan dan perluasan kopi arabika," katanya.

Ahdar juga terus berupaya menaikan grade kopi Tepal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tabrak Tiang Lampu, Pembonceng Sepeda Motor Asal Semarang Tewas di TKP

Tabrak Tiang Lampu, Pembonceng Sepeda Motor Asal Semarang Tewas di TKP

Regional
Tembok Penahan Kapela di Ende Ambruk, 2 Pekerja Tewas

Tembok Penahan Kapela di Ende Ambruk, 2 Pekerja Tewas

Regional
Kekecewaan Pedagang di Pasar Apung 3 Mardika, Sudah Bayar Rp 30 Juta tapi Dibongkar

Kekecewaan Pedagang di Pasar Apung 3 Mardika, Sudah Bayar Rp 30 Juta tapi Dibongkar

Regional
El Nino Geser Pola Tanam, Bupati Blora Apresiasi Bantuan 164 Pompa Air dari Kementan

El Nino Geser Pola Tanam, Bupati Blora Apresiasi Bantuan 164 Pompa Air dari Kementan

Regional
Pabrik Narkoba di Rumah Elit Surabaya Ternyata Jaringan Malaysia, Produksi 6,87 Juta Butir Obat Terlarang

Pabrik Narkoba di Rumah Elit Surabaya Ternyata Jaringan Malaysia, Produksi 6,87 Juta Butir Obat Terlarang

Regional
Tiga Kader dan Seorang Kades Berebut Rekomendasi PDI-P Maju Pilkada Serentak 2024 di Sukoharjo, Siapa Saja Mereka?

Tiga Kader dan Seorang Kades Berebut Rekomendasi PDI-P Maju Pilkada Serentak 2024 di Sukoharjo, Siapa Saja Mereka?

Regional
Nabung Bertahun-tahun, Penjual Air Galon Isi Ulang Ini Akhirnya Bisa Naik Haji

Nabung Bertahun-tahun, Penjual Air Galon Isi Ulang Ini Akhirnya Bisa Naik Haji

Regional
Di Workshop International WWF 2024, Danny Pomanto Bahas Sombere' dan Smart City

Di Workshop International WWF 2024, Danny Pomanto Bahas Sombere' dan Smart City

Regional
Eks Pimpinan Bank Pelat Merah di Riau Ditangkap, Diduga Korupsi Dana KUR Rp 46,6 M

Eks Pimpinan Bank Pelat Merah di Riau Ditangkap, Diduga Korupsi Dana KUR Rp 46,6 M

Regional
Eks Dirut BUMD Sumsel Dituntut 4,5 Tahun Penjara Terkait Dugaan Korupsi 18 M

Eks Dirut BUMD Sumsel Dituntut 4,5 Tahun Penjara Terkait Dugaan Korupsi 18 M

Regional
Eks Wakil Ganjar Pranowo Jadi Orang Pertama yang Daftar Penjaringan Pilkada Jateng di PDI-P

Eks Wakil Ganjar Pranowo Jadi Orang Pertama yang Daftar Penjaringan Pilkada Jateng di PDI-P

Regional
Pantura Sayung Demak Terancam Tenggelam jika Banjir Rob Tidak Segera Tertangani

Pantura Sayung Demak Terancam Tenggelam jika Banjir Rob Tidak Segera Tertangani

Regional
Sakit Hati, Pria di Magelang Otaki Pembakaran Motor dan Pencurian Mobil

Sakit Hati, Pria di Magelang Otaki Pembakaran Motor dan Pencurian Mobil

Regional
Kronologi Pria Bunuh Kakek dan Cucu di Situbondo, Pelaku Diduga Alami Gangguan Jiwa

Kronologi Pria Bunuh Kakek dan Cucu di Situbondo, Pelaku Diduga Alami Gangguan Jiwa

Regional
Harimau Diduga Penerkam Petani di Lampung Tertangkap di Kandang Jebak

Harimau Diduga Penerkam Petani di Lampung Tertangkap di Kandang Jebak

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com