Disebut memiliki cita rasa khas, kopi luwak Tepal disajikan dengan sangat sederhana melalui proses tradisional. Ada juga yang diproses modern tetapi pemuda di desa tersebut lebih senang seruput ala tradisional.
Sambil menikmati kopi luwak usai berbuka puasa, suasana khas pedesaan semakin terasa. Ada sensasi nikmat yang membuat rindu dan memorable.
Sebagai Barista yang sudah tersertifikasi, Sairman juga tahu bagaimana proses membersihkan kotoran luwak hingga tersaji menjadi minuman yang nikmat.
Baca juga: Mengenal 3 Kerajaan yang Terkubur Saat Tambora Meletus
Pertama, kotoran luwak dicuci di air mengalir. Kotoran harus hilang dari biji kopi. Lokasi pengolahan kopi terlihat sederhana. Sebab pengolahan masih tradisional. Tidak ada deru mesin giling atau alat modern yang digunakan. Dalam proses biji kopi dicuci hingga bersih.
Pencucian berulang kali untuk menghilangkan kotoran luwak. Setelahnya biji kopi dijemur di bawah sinar matahari selama dua pekan hingga kandungan air mencapai 12 persen.
Baca juga: Laporan Owen Philips dan Bencana Kelaparan Pasca-letusan Tambora 1815
Setelah kering, biji dikupas. Ada alat pengupasnya. Biji yang sudah lepas dari kulitnya di pilah berdasarkan bentuk dan juga ukuran. Selanjutnya proses roasting.
Setiap kopi luwak harus melewati tahap percobaan apabila lulus bubuk kopi baru dikemas dan siap disajikan proses ini rata-rata makan waktu 14 Hari.
"Ada mesin kopi tapi di koperasi serba usaha Puncak Ngengas. Karena sudah tutup, kita coba minum kopi luwak yang di seduh manual saja," kata Sairman sembari tersenyum.
Kisah perjalanan menyusuri kopi Tepal memiliki ragam cerita. Seperti Sairman yang memilih berhenti menjadi guru dan beralih menjadi petani kopi dan barista.
"Saya sempat jadi guru di SDN Tepal, tapi tidak ada biaya untuk lanjut kuliah. Saya juga malu minta bantuan orangtua. Jadi saya keluar, dan mulai tanam kopi," kisah Sairman.
Meski sering mengikuti pelatihan dan festival kopi, ia terus belajar otodidak tentang perkopian Indonesia. Termasuk melaksanakan standar untuk menghasilkan kopi bermutu tinggi.
Tepal memiliki potensi kopi luwak organik, arabica specialty dan fine robusta.
"Potensi dan mutu bagus, harga juga bagus. Tetapi ada kisah yang buat saya malas kumpulkan kopi luwak," kata Ahdar (50) pemilik brand kopi Tepal.
Sebagai ketua Asosiasi Petani Kopi Pulau Sumbawa, Ahdar pernah mengumpulkan kopi luwak karena permintaan investor yang juga kawannya sendiri pada tahun 2016.
"Sudah dikumpulkan banyak oleh petani kopi di setiap kelompok, karena saya yang minta. Tetapi tidak jadi dibeli, saya kan jadi kecewa," kisah Ahdar.
Ke depan, jika ada investor yang meminta kopi luwak dalam jumlah banyak, ia mensyaratkan ada surat perjanjian dulu. Hal itu karena proses pengelolaan kopi luwak ini tidak mudah. Butuh waktu yang panjang.
Ketika mendekati musim panen kopi fine robusta maka populasi luwak juga semakin banyak.
"Karena luwak makan kopi cherry merah, tidak mau dia yang kualitas tidak bagus. Apalagi yang masih hijau, tidak dilirik," sebut Ahdar.