Masyarakat Jaton awalnya terbentuk pada tahun 1930 di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara. Para tawanan Perang Jawa yang dipimpin Kiyai Mojo diasingkan di tepi Danau Tondano setelah menempuh perjalanan kaki dari Manado menyusuri Sungai Tondano.
Setelah Kiyai Mojo dan 62 pengikutnya merekonstruksi kehidupan dasar di negeri barunya, para internir Perang Diponegoro ini menjalin hubungan dengan para walak (pimpinan wilayah) dan masyarakat sekitar.
Sikap yang baik dan kooperatif ini membuat penduduk asli menerima mereka, bahkan mengawinkan anak-anak gadis mereka dengan pendatang dari Jawa ini.
Anak keturunan dari hasil pernikahan dua suku ini membentuk asimilasi, budaya baru yang unik dan khas yang kemudian dikenal sebagai masyarakat Jawa Tondano atau Jaton.
Dalam perkembangannya, masyarakat Jaton mengembangkan ruang hidup ke sejumlah daerah di Sulawesi.
Salah satunya di Gorontalo yang pada masa itu berada di bawah keasistenresidenan Manado, mereka mendirikan Desa Yosonegoro pada awal 1900, kemudian disusul Desa Kaliyoso dan Reksonegoro di Kabupaten Gorontalo. Ketiga desa ini lahir di era Pemerintah Hindia Belanda.
Pascakemerdekaan muncul desa-desa baru yang juga tidak lepas dari masyarakat Jaton seperti Mulyonegoro dan Bandung Rejo.
Di sejumlah daerah lain, seperti di Kabupaten Bolaang Mongondow juga berdiri Desa Ikhwan yang dihuni warga Jaton, Diaspora orang Jaton ini juga terjadi di Maluku Utara, Sulawesi Tengah, dan lainnya.
“Fesbujaton inilah yang menjadi salah satu ruang berkumpulnya orang Jaton di berbagai daerah, saling melepas rindu sambil menikmati atraksi budaya,” ujar Mansur Martam.
Masyarakat Jaton yang hidup di berbagai daerah menunjukkan daya adaptasi yang sangat tinggi.
Baca juga: Sektor Pertanian, Kunci Tangguhnya Perekonomian Kabupaten Gorontalo di Kala Pandemi
Mereka menerima dan menghormati budaya lokal di mana mereka berada, perilaku ini merupakan warisan leluhur mereka yang mampu hidup dan berkembang di tanah pengasingan sebagai kelompok yang kalah dalam Perang Jawa.
Dalam babak baru kehidupan orang Jaton justru mereka berkembang dan memberi warna tersendiri di Negeri Minahasa, termasuk memiliki sumbangan pada kemajuan di bidang pertanian, transportasi, pertukangan dan pendidikan.
Di Gorontalo, Jaton sebagai entitas budaya telah memberi sumbangsih nyata dalam kebudayaan kontemporer.