Festival ini adalah ajang silaturahmi bagi ribuan orang Jaton yang tersebar di Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara, Sulawesi Tengah dan sejumlah daerah di Indonesia.
Dalam festival ini disuguhkan sejumlah atraksi seni tradisi seperti hadrah, sholawat jowo, rodat, dames, hingga pidato bahasa Jaton. Semua kegiatan ini dilombakan dan diikuti kontingen dari seluruh daerah.
Sholawat Jowo dan Rodat yang disuguhkan adalah warisan leluhur orang Jaton, para prajurit Perang Jawa.
Baca juga: Rindu Dendang Suku Bajau di Teluk Tomini
Saat Sholawat Jowo dilantunkan para tetua Jaton dengan iringan rebana besar suasana sangat syahdu, mengingatkan pada kegiatan pengajian di Jawa pada masa lalu. Iramanya merdu selaras dengan ketukan rebana, dinyanyikan penuh cinta dan rasa.
Sementara rodat dibawakan secara berkelompok, iramanya menghentak dengan gerakan badan dan tangan bergantian.
Tepukan rebana ukuran sedang menghentak, menyemangati para penari, gerakannya mengingatkan pada tari Saman dari Aceh.
Gerakan tubuh para penari ini sangat lincah, trengginas dan liat, terbayang sisa-sisa kekuatan laskar perang jawa hadir dalam rodat ini. Tidak hanya begerak, pemainnya juga membawakan lagu, bersahutan dan kompak.
Sementara Dames disajikan secara anggun oleh kaum perempuan. Dames adalah nyanyian yang disajikan pada prosesi pernikahan masyarakat jawa tondino pada malam midodareni.
Nyanyian ini tanpa iringan musik. Isi sajiannya berupa nasihat bagi calon mempelai yang keesokan harinya akan menjalani akad nikah.
“Festival Seni Budaya Jaton ini diikuti 23 kontingen yang pada pembukaannya dihadiri 2300 orang Jaton dari berbagai daerah,” kata Darson Rifai koordinator umum Fesbujaton, Minggu (7/8/2022).