KENDARI, KOMPAS.com- Muliadi duduk sendiri di ruangan tamu rumahnya, Kelurahan Talia, Kecamatan Abeli, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Selasa (5/4/2022) siang.
Laki-laki 47 tahun itu seolah berpikir, solusi apa yang akan dilakukan setelah kapal miliknya tenggelam dihantam ombak setinggi 4 meter di antara Perairan Menui dan Pulau Sagu, Sulawesi Tengah pada Selasa (22/2/2022).
Saat itu, Muliadi hendak mencari ikan di Pulau Taliabo, Maluku Utara.
Baca juga: Hari Nelayan Nasional, Warga Tambakrejo Semarang Kibarkan Bendera di Sungai
Dia terpaksa menganggur karena kapal yang menjadi satu-satunya mata pencaharian hancur dihantam badai.
Beruntung Muliadi bersama dua orang anak buah kapal (ABK) selamat dari maut, setelah terombang-ambing di tengah laut dengan naik rakit, sebelum kapal Feri rute Raha- Banggai berhasil menolong mereka.
Kecelakaan laut bukan yang pertama kali dialaminya.
Muliadi mengaku, pada 2020, bersama ABK juga pernah dihantam badai saat pulang mencari ikan di perairan Nusa Tenggara Timur, tapi kapalnya masih utuh.
Baca juga: Cerita Nelayan di Banyuwangi, Hasil Tangkapan Tak Menentu, Berharap Bantuan Pemerintah
Dia menuturkan, kapal yang selalu menemani mencari ikan berkekuatan 17 gros ton masih dicicil seharga Rp 95 juta.
Kini, Muliadi harus memutar otak untuk kembali mencicil kapal baru jika ada pengusaha yang berbaik hati mau menolongnya.
"Kalau ada bos yang kasih kepercayaan lagi, karena keahlianku hanya nelayan tidak bisa alih profesi," ungkap Muliadi kepada Kompas.com.