"Misalnya kisah si Fhareal yang sekarang sedang viral. Remaja 15 tahun yang mampu menaklukkan Sitinjau Lauik dengan kendaraan roda 10 bermuatan 22 ton," ujar Suhendra.
Suhendra mengatakan, Sitinjau Lauik dipilih sebagai tempat membuat konten karena memiliki banyak keuntungan.
Salah satunya di lokasi ini tidak membutuhkan latar suara (sound) karena kejadiannya alami.
Hal ini berbeda dengan konten-konten lain yang membutuhkan suara atau musik pengiring yang memungkinkan video itu melanggar hak cipta.
Suhendra mengatakan, dirinya mulai menjadi YouTuber pada 2011. Awalnya, konten yang diunggah campuran, mulai dari materi berita, eksperimen, hingga video lucu.
Namun, konten itu ternyata belum membuahkan hasil maksimal.
Padahal, Suhendra sudah memberanikan keluar dari sebuah perusahaan karena ingin fokus di dunia YouTube.
"Saya keluar dari sebuah perusahaan swasta dan bertekad menjadi YouTuber. Awalnya ternyata sangat berat," kata Suhendra.
Di awal menekuni profesi ini, penonton video Suhendra masih minim dan jumlah subscriber masih 1.000-an sehingga belum menghasilkan banyak uang.
Tahun 2019, Suhendra terinspirasi dengan kawasan Sitinjau Lauik yang terkenal angker dan rawan kecelakaan.
Dirinya kemudian membuat konten tentang Sitinjau Lauik. Ternyata konten itu sangat menarik perhatian netizen dan banyak ditonton.
"Itu membuat saya termotivasi, apalagi saya tidak butuh sound pendukung. Sejak 2019 itu saya fokus di Sitinjau Lauik saja," kata Suhendra.
Dalam dua tahun, subscriber saluran YouTube Suhendra meningkat tajam dan sekarang sudah mencapai lebih dari 100.000.
"Alhamdulillah sekarang sudah meningkat dan menjadi 100.000 lebih. Ini sejak saya fokus di Sitinjau Lauik," kata Suhendra.