Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Bekantan hingga Pesut, Keanekaragaman Hayati Lanskap Kubu di Kalbar yang Terancam Punah

Kompas.com - 30/08/2021, 09:20 WIB
Hendra Cipta,
Khairina

Tim Redaksi

PONTIANAK, KOMPAS.com – Di bawah terik matahari, Rusdi melompat ke dalam sebuah kolam berdiameter sekitar 1,5 meter.

Kolam itu masih seukuran bahu tubuhnya. Dengan bermodalkan ember dan cangkul, dia perlahan memperdalam kolam itu hingga secapaian ujung jarinya.

Kolam tersebut adalah satu di antara puluhan kolam yang dibuat di kawasan hutan desa Kalibandung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar), untuk menampung air guna mengantisipasi dan menanggulangi kebakaran lahan.

“Targetnya sore ini selesai satu kolam, lanjut besok lagi,” kata Rusdi saat ditemui, Minggu (25/7/2021).

Baca juga: Tiga Harimau Sumatera Ditemukan Mati Terjerat di Hutan Lindung Aceh, Begini Kondisinya

Maklum saja, seluruh kawasan hutan desa tersebut merupakan gambut tebal.

Jika musim kemarau, kebakaran lahan menjadi salah satu ancaman terbesar bagi keanekaragaman hayati di kawasan, sehingga setiap jarak 45 meter harus ada minimal satu kolam penampungan air.

“Kolam ini untuk menampung air. Jika nanti musim kemarau datang digunakan mencegah kebakaran lahan,” ucap Rusdi.

Hutan Desa Kalibandung terbentuk berdasarkan Surat Ketetapan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 4.769 Tahun 2018 dengan luas total lebih dari 7.000 hektar, yang terdiri atas 3.000 hektar hutan lindung dan 4.000 hektar hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK).

Satu di antara anggota LPHD Kalibandung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, menunjukkan salah satu bibit pohon kayu yang akan ditanam di kawasan hutan desa yang telah gundul akibat bekas perkebunan kelapa sawit.KOMPAS.COM/HENDRA CIPTA Satu di antara anggota LPHD Kalibandung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, menunjukkan salah satu bibit pohon kayu yang akan ditanam di kawasan hutan desa yang telah gundul akibat bekas perkebunan kelapa sawit.
Ketua LPHD Kalibandung, Usman mengatakan, selain terus menerus menyosialisasikan kepada masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar, pihaknya juga mengantisipasi kebakaran lahan dengan menyiagakan kolam-kolam.

“Dalam rangka menjaga keanekaragaman hayati di wilayah hutan desa ini, tentunya yang harus kita waspadai dulu adalah api yang dapat menyebabkan kebakaran lahan,” kata Usman.

Dalam pengelolaan lahan, LPHD Kalibandung telah membentuk sejumlah kelompok usaha perhutanan sosial (KUPS).

Kelompok yang terdiri dari masyarakat petani setempat ini menanam jahe, jagung, nanas dan kopi di hutan desa.

Baca juga: Induk Harimau Sumatera dan 2 Anaknya Ditemukan Mati Terjerat di Kawasan Hutan Lindung Aceh

Hal ini sebagai upaya pemberdayaan potensi ekonomi masyarakat sekaligus bertujuan menghentikan ketergantungan warga terhadap eksploitasi hutan.

LPHD tidak bekerja sendiri, mereka dibantu dan diperkuat oleh pemerintah daerah dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat.

“Dari pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit yang berbatasan langsung dengan hutan desa belum ada kontribusi yang nyata dan berkelanjutan,” ucap Usman.

Sementara PT Graha Agro Nusantara (GAN) memastikan komitmen menjaga lingkungan dengan telah menggelar pelbagai kegiatan, seperti misalnya pelatihan pengelolaan hutan dan penandatanganan nota kesepahaman bersama pihak terkait, menyangkut konservasi habitat satwa dan pengelolaan kawasan yang baik dan ramah lingkungan.

Baca juga: Temuan Walhi Bali, Hutan Mangrove Tahura Ngurah Rai Menyusut 62 Hektar

Hutan Desa Kalibandung memiliki keanekaragaman hayati yang terbilang komplit.

Orangutan, bekantan, beruang madu, berbagai jenis burung dan kelempiau hidup di dalamnya.

Selain itu, juga ada berbagai jenis kayu, seperti bintangor, mengkuang, rengas, medang, mentibak, jungkang, mentapis, dan lainnya.

“Dalam survei dan patroli terakhir, kami menemukan kurang lebih 120 sarang orangutan,” terang Usman.

Ilustrasi hutan K. Yoganand Ilustrasi hutan
Terancam pembalakan liar

Sebanyak 1.300 hektar dari 7.000 hektar hutan desa merupakan bekas area konsesi perkebunan kelapa sawit PT Bina Lestari Khatulistiwa Sejahtera (BLKS) yang masuk pada dua dekade silam.

Kendati sekarang perusahaan tersebut telah angkat kaki, tapi lahan yang telah gundul karena pembukaan lahan tak bisa dibantah.

“Untuk menutupi lahan gundul bekas kelapa sawit itu, kami bersama sejumlah pihak terkait melakukan reforestasi yang sekarang tengah berjalan,” jelas Usman.

Baca juga: Cerita Warga Tepi Hutan Banyuwangi Sulap Bambu Jadi Kerajinan Bernilai Ekonomi Tinggi

Khusus di kawasan hutan lindung, lanjut Usman, ancaman yang paling nyata dan masih terjadi adalah pembalakan liar.

Pelakunya diduga rombongan pembalak liar yang terdiri atas beberapa kelompok pekerja dan cukong kayu.

Menurut Herman, seringkali masih terdengar suara raungan gergaji mesin, tapi ketika didatangi, mereka telah pergi.

“Terakhir kali, kami patroli hanya mendapati mesin chainsaw yang ditinggalkan pelaku pembalakan liar,” ujar Usman.

Baca juga: Macan Dahan, Top Predator Hutan Kalimantan yang Kini Terancam Punah

Laporan Lembaga JARI Indonesia Borneo Barat berjudul: Potret Hutan Desa Kalibandung mengungkapkan, berdasarkan analisa tutupan hutan dari tahun 2012-2019, area Hutan Lindung Kalibandung kehilangan 98 hektar, setara dengan 140 kali luas lapangan bola akibat pembalakan liar.

Aktivitas pembalakan liar yang tak terbendung itu bakal berakibat punahnya ekosistem, terjadinya kerusakan alam yang mengakibatkan bencana, dan lepasnya karbon yang ditahan oleh hutan dan dapat berkontribusi terhadap pemanasan global.

Restorasi hutan lindung

Direktur Yayasan Natural Kapital Indonesia (YNKI) Haryono mengatakan, kendati terbatas, terdapat peluang pemulihan ekosistem lanskap, di antaranya dengan cara melakukan restorasi vegetasi pada Hutan Lindung Kalibandung, bekerja sama dengan LPHD dan pemerintah desa.

Program restorasi vegetasi bertujuan untuk memulihkan wilayah terdegradasi.

Melalui program ini, akan ada sekitar 24.000 pohon ditanam di 54 hektar area lindung bekas perkebunan kelapa sawit PT BLKS dan perambahan hutan.

Alih fungsi kawasan menjadi lahan perkebunan ketika itu membuat pepohonan dibabat dan kanal-kanal dibangun untuk mengeringkan tanah gambut.

Pembukaan lahan yang kemudian ditinggalkan oleh perusahaan itu membuat gambut di area hutan desa menjadi rentan terjadi kebakaran tiap tahunnya.

“Revegetasi kami lakukan untuk menyelamatkan keberadaan dome (kubah gambut) di Hutan Desa Kalibandung,” kata Haryono.

Baca juga: Hak Sepatunya Copot Saat Jadi Paskibra di Tengah Hutan, Rizky Terpaksa Gunakan Rafia

Pembangunan kanal-kanal dianggap telah membocorkan dan merusak dome gambut yang semestinya dilindungi dan menjadi areal konservasi.

Lebih jauh upaya restorasi vegetasi ini dimaksudkan untuk transfer knowledge cara restorasi dilakukan LPHD dan masyarakat khususnya revegetasi yang membutuhkan penyiapan bibit dari semai cabutan untuk dipelihara di persemaian dan ditanam di areal restorasi.

Adapun bibit yang ditanam merupakan bibit pionir lokal yang berasal dari hutan setempat dengan jenis yang digunakan seperti jambu-jambuan, medang, bintangor, resak, ubah, dan pelbagai anakan pohon endemik gambut.

Menurut Haryono, penanaman dilakukan menggunakan metode strip dengan jalur tanam selebar 30 meter sepanjang 1,5 kilometer.

Baca juga: Kisah Sukendro Berangkat Pukul 03.00 WIB dan Menempuh 62 Km Melintasi Hutan demi Vaksin

Penanaman ini akan membuat sabuk hijau atau green belt di bagian terluar hutan lindung terdegradasi.

“Dengan menutup kawasan terdegradasi dengan green belt membuat daerah yang terdegradasi dapat lebih cepat ditumbuhi pepohonan,” harap Haryono.

Komitmen PT GAN

PT Graha Agro Nusantara (GAN) memastikan komitmen mereka terhadap lingkungan, karena berbatas langsung dengan Hutan Desa Kalibandung.

Komitmen tersebut di antaranya menjaga hutan gambut dan pencegahan kebakaran lahan, termasuk pelestarian satwa liar yang berada di dalam konsesi maupun di sekitar konsesi.

Dalam keterangan tertulis, salah satu upaya yang telah mereka lakukan adalah menggelar workshop “Pengelolaan Lahan Berkelanjutan Tanpa Bakar dan Perlindungan Orangutan (Pongo Pygmaeus) beserta Habitatnya,” bersama masyarakat Desa Kalibandung, Desa Muara Baru dan sejumlah pihak terkait pada November 2020.

Dalam kesempatan tersebut, pihaknya juga menginisiasi penandatanganan nota kesepahaman yang mencakup, konservasi dan perlindungan orangutan (Pongo pygmaeus) sebagai spesies kunci beserta habitatnya.

Kemudian saling mendukung pelaksanaan program pemanfaatan kawasan hutan dengan pola agroforestri dan perhutanan sosial, seperti pelatihan dan pengembangan unit usaha dan atau produk hasil hutan.

Berada di dalam lanskap Kubu

Dalam skala lebih luas, Hutan Desa Kalibandung termasuk dalam kawasan Lanskap Kubu.

Lanskap ini memiliki variasi ekosistem yang unik daerah tropis dengan adanya mangrove seluas 57.011 hektar dan gambut yang sangat luas, yakni mencapai 456.750 hektar.

Kemudian juga juga meliputi kawasan ekosistem sungai dan laut seluas 101.606 hektar, sehingga total luasnya mencapai 732.266 hektar.

Baca juga: Uniknya Upacara Bendera di Syou, Papua Barat, Digelar di Hutan Belantara dan Panjat Pohon Pisang

Dalam laporan WWF Indonesia berjudul: Kreasi Bisnis Konservasi di Lanskap Kubu menyebutkan, hutan dan perairan di Lanskap Kubu menjadi habitat bagi berbagai jenis satwa langka.

WWF-Indonesia telah melakukan survei di Kecamatan Kubu dan Batu Ampar sejak 2012. Dari hasil survei ditemukan 22 jenis mamalia, 105 jenis aves, delapan jenis reptil, tiga jenis amphibia, 11 jenis ikan dan tujuh jenis crustacea.

Mamalia endemik dan terancam punah yang ditemukan adalah bekantan (Nasalis larvatus) yang tercatat sebanyak 23 kelompok dengan populasi sebanyak 128 – 367 individu, sedangkan pesut (Orcaella brevirostris) tercatat sebanyak 4-6 individu.

Baru-baru ini juga ditemukan dua mamalia laut yang terdapat di perairan Kubu Raya yaitu: finless porpoise (Neophocaena sp) dan paus bryde (Balaenoptera brydei).

Namun demikian, keragaman hayati itu tak luput dari ancaman tak terkendali, karena saat ini ada beberapa perusahaan yang mengantongi izin.

Baca juga: Dikira Pelaku Pembakaran Hutan, Aktivis Ini Dibakar Hidup-hidup oleh Massa

Mereka bergerak di bidang hutan tanaman, kelapa sawit dan tambang.

Maka dari itu, penting bagi semua pihak, dari level pemerintahan, perusahaan, hingga masyarakat, untuk memerhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan.

Sintang–Melawi Project Leader WWF Indonesia, Anas Nashrullah mengatakan, sekecil apa pun yang dilakukan berdampak kepada lingkungan.

Keanekaragaman hayati merupakan agen penyedia jasa, keberlangsungannya dapat menyumbang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

“Kita memikul tugas untuk menyediakan prakondisi lanskap yang memiliki daya tahan dan daya tampung,” kata Anas, seperti tercatat dalam notulensi workshop Pemulihan dan Pengelolaan Lanskap Gambut Pesisir Delta Kapuas, pada Desember 2020 silam.

Menurut Anas, keanekaragaman hayati di Lanskap Kubu, memerlukan perhatian ekstra bagi segenap elemen terkait, seperti pemerintah, perusahaan dan masyarakat untuk berkomitmen menjamin pembangunan yang berkelanjutan.

Salah satunya kerja sama yang telah dilakukan antara WWF Indonesia melalui sokongan Inisiatif Dagang Hijau (IDH) dengan tiga perusahaan yaitu PT Kandelia Alam, PT Bina Silva Nusa dan PT Ekosistem Khatulistiwa Lestari dari 2015-2019, dengan tujuan pengelolaan hutan yang lestari.

Titik tekan kerja sama ini adalah menjamin proses produksi perusahaan tetap mengedepankan prinsip-prinsip berkelanjutan.

Baca juga: Kedinginan dan Kelaparan di Hutan Saat Sembunyi dari Kejaran Polisi, Perusak Ambulans Serahkan Diri

Masing-masing pihak berkolaborasi dalam mewujudkan kawasan konservasi koridor habitat bekantan dan restorasi kawasan yang terdegradasi.

Pemerintah daerah dan masyarakat setempat juga patut diapresiasi atas dukungan dan keterlibatan dalam upaya pembangunan berkelanjutan ini.

Jepretan kamera salah satu pengunjung wisata hutan magrove BelagaOne Nunukan Kaltara, ada lebih 10 Bekantan di hutan mangrove dan teranc perburuan liarDokumentasi Kadiisparpora Nunukan Syafaruddin Jepretan kamera salah satu pengunjung wisata hutan magrove BelagaOne Nunukan Kaltara, ada lebih 10 Bekantan di hutan mangrove dan teranc perburuan liar
Rehabilitasi habitat bekantan

PT Kandelia Alam dengan izin konsesi seluas 18.130 hektar, sangat memerhatikan satwa endemik Pulau Borneo, bekantan.

Salah satu tindakan nyatanya adalah merehabilitasi habitat bekantan dan mempertahankan koridornya.

Mulai dari ekosistem mangrove sebagai habitat sampai ke kawasan hutan lindung.

Merehabilitasi lokasi-lokasi koridor yang terdegradasi dengan menanam jenis-jenis yang cocok sebagai pohon tidur dan pakan bekantan.

PT Kandelia Alam sebagai konsesi dominan ekosistem mangrove, sudah melakukan rehabilitasi habitat bekantan dengan realisasi sampai tahun 2019 kurang lebih 160 hektar.

Jenis pohon yang ditanam adalah berembang (Sonneratia caseolaris).

Alasannya sederhana. Pembangunan sektor perkebunan, pertambangan dan kehutanan  melibatkan lahan yang cukup luas.

Baca juga: Kubu Raya Zona Merah, 10 Pasien Covid-19 Meninggal dalam Sepekan

Bahkan, kawasan hutan alam dikonversi menjadi kebun, hutan tanaman dan tambang terbuka.

Hal ini berakibat terganggunya habitat dan populasi bekantan.

Jika dibiarkan secara terus menerus tanpa ada tindakan nyata, bukan tidak mungkin terjadi kepunahan.

Direktur Utama PT Kandelia Alam, Fairus Mulia berkomitmen melakukan lanskap manajemen untuk memastikan habitat dan home range satwa tetap terjaga.

Selain itu, pembinaan bagi perusahaan yang sudah mendapatkan izin pengelolaan hutan melalui diskusi-diskusi intensif baik formal maupun informal adalah merupakan wujud kolaborasi antara pemerintah daerah, pihak perusahaan, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat sudah diinisiasi dengan baik untuk mendapatkan solusi kelola penyelamatan terbaik dengan prinsip saling mendukung.

“Banyak regulasi berupa standar operasional di perusahaan yang berhasil kita gagas selama periode kerja sama ini demi penyelamatan spesies,” kata Fairus dalam keterangan tertulisnya.

Pesut mahakam saat tertangkap kamera di wilayah perairan Sungai Mahakam Kutai Kertanegara, Kaltim. Dok. RASI (Danielle Kreb) Pesut mahakam saat tertangkap kamera di wilayah perairan Sungai Mahakam Kutai Kertanegara, Kaltim.
Pesut terancam punah

Dari luas Lanskap Kubu yang mencapai 732.266 hektar, sebanyak 101.606 hektar di dalamnya merupakan kawasan ekosistem sungai dan laut dengan keanekaragaman hayati endemik dan terancam punah, di antaranya pesut (Orcaella brevirostris).

Hasil survei dan pemantauan Lembaga JARI Indonesia Borneo Barat, diperkirakan ada 30 individu pesut di sejumlah sungai di Kabupaten Kubu Raya dan Kayong Utara, Kalimantan Barat.

“Memang belum ada data populasi yang pasti. Namun dari akumulasi perjumpaan dan jumlah setiap perjumpaan, diperkirakan populasi pesut di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara lebih dari 30 individu pesut dengan warna hitam, abu-abu, dan putih,” kata Manajer Program JARI Indonesia Borneo Barat, Aris Munandar, baru-baru ini.

Baca juga: Rengge, Alat Tangkap Nelayan di Kaltim yang Jadi Penyebab Tertinggi Kematian Pesut

Saat ini, JARI Indonesia Borneo Barat melalui dukungan program Tropical Forest Conservation Act (TFCA) Kalimantan, kerja sama pemerintah Indonesia dan Amerika, sedang mengumpulkan data tentang keberadaan pesut dan kondisi lingkungan habitat pesut.

"Hal itu dilakukan sebagai bahan untuk mengupayakan adanya kebijakan tentang perlindungan habitat pesut khususnya di Kalimantan Barat," ucapnya.

Diperlukan cara tak biasa

Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan menerangkan, terjadinya degradasi kawasan gambut akibat aktivitas perekonomian berbasis lahan sebelumnya.

Degradasi juga dianggap sebagai sebuah “keterlanjuran” yang perlu dihentikan bahkan diperbaiki.

Untuk memperbaiki hal itu, diperlukan cara-cara yang tidak biasa demi mencapai tujuan secara lebih cepat dan optimal.

“Pola pikir atau kebiasaan memang susah untuk diubah. Dalam melakukan pemulihan ekosistem gambut di lanskap, semua pihak perlu melakukan dengan cara-cara yang tidak biasa. Upaya pemulihan lanskap bisa dilakukan dengan mitigasi bencana, sosialisasi dan pelatihan pembukaan lahan tanpa bakar,” kata Muda.

Muda juga mengingatkan pihak korporasi, agar aktivitas perusahaan harus memposisikan standar keberlangsungan usahanya dengan memperhatikan dampak ekonomi jangka panjang dan keberlangsungan lingkungan khususnya ekosistem tanah gambut di Lanskap Kubu.

“Yang terpenting adalah hasil dari kesepahaman awal masuk ke dalam perencanaan awal di desa,” jelas Muda.

Baca juga: Warga Sebut Melihat Pesut Mahakam Fenomena Langka, Bagaimana Populasinya?

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Kubu Raya telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan.

Prinsip peraturan tersebut, salah satunya adalah corporate social responsibility (CSR) perusahaan berjalan dengan jangka panjang.

Muda menilai, hingga kini CSR belum dilakukan dengan tepat sasaran. Ada perbedaan cara pandang tentang implementasi yang selama ini dilakukan oleh perusahaan.

“CSR seharusnya bukan seperti itu, buatlah jadi lebih sistemik, berkesinambungan dan menjamin produk berkelanjutan,” jelas Muda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebelum Lawan Korsel, Arhan Pratama Sempat 'Video Call' Ibunda

Sebelum Lawan Korsel, Arhan Pratama Sempat "Video Call" Ibunda

Regional
Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Regional
Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Regional
Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Regional
Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Regional
Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Regional
Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Regional
Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com