Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Berghotel, Bangunan 2 Juta Gulden yang Diubah Belanda Jadi Tahanan Bung Hatta

Kompas.com - 15/08/2021, 06:13 WIB
Heru Dahnur ,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANGKA BARAT, KOMPAS.com- Pesanggrahan Menumbing atau dalam bahasa Belanda disebut Berghotel (tempat bersantai), merupakan salah satu situs bersejarah yang berlokasi di puncak Perbukitan Menumbing, Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung.

Konon lokasi puncak Menumbing ditemukan pertama kali oleh ilmuan Belanda yang pernah melakukan penelitian Botani di kawasan itu.

Penemuan itu kemudian dilaporkan pada perusahaan timah Belanda, Bangka Tin Winning (BTW).

Baca juga: Kisah Penahanan Bung Hatta di Pesanggrahan Menumbing Bangka Barat (Bagian I)

Kemudian disusunlah rencana pembangunan Berghotel. Perusahaan timah pun harus merogoh kocek hingga 2 juta gulden untuk membiayai pembangunan tersebut.

Selain membuat bangunan utama, Belanda juga membuka jalan berlapis batu melingkari perbukitan hingga ke puncak Menumbing.

Anggaran pembangunan digelontorkan pihak perusahaan karena ketika itu produksi timah melimpah dengan harga jual yang tinggi.

Berbekal dana yang cukup, maka pembangunan Pesanggrahan Menumbing terbilang singkat. Yakni dimulai pada 1927 dan diresmikan penggunaannya pada 1928.

Baca juga: Kisah Penahanan Bung Hatta (Bagian 2): Menolak Berunding dan Munculnya 3 Poros Kekuatan

Pesanggrahan Menumbing dibangun berbentuk persegi sehingga sekilas lebih mirip benteng.

Pembangunan menggunakan bahan baku utama berupa bebatuan granit yang banyak dijumpai di perbukitan Menumbing.

Berada di ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (Mdpl) Pesanggrahan Menumbing memang cocok sebagai tempat peristirahatan.

Untuk mencapai lokasi ini, pengunjung harus melewati jalanan berbelok yang kiri kanannya ditumbuhi berbagai jenis pepohonan.

Di Pesanggrahan Menumbing pengunjung bisa merasakan udara yang sejuk serta memanjakan mata dengan pemandangan laut dan hamparan kota Mentok dari ketinggian. 

Kepala Seksi Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Bangka Barat, Ferhad Irvan mengatakan, pembangunan Pesanggrahan Menumbing dilakukan dengan mengerahkan tenaga kerja pribumi dan etnis Tionghoa.

Baca juga: Gubernur Maluku Ungkap 3 Keistimewaan Pulau Banda di Pembukaan Festival Hatta-Sjahrir 2021

Bahkan diyakini juga sebagian dari pekerja tersebut merupakan para tahanan kasus kejahatan atau tawanan perang.

“Membuka hutan dan membuat jalan bukanlah pekerjaan mudah. Butuh biaya dan pekerja dalam jumlah banyak dan juga mereka harus terampil,” kata Ferhad kepada Kompas.com di Pesanggrahan Menumbing, Rabu (11/8/2021).

Ferhad menuturkan, desain bangunan bercorak Eropa dengan komposisi bebatuan yang tertata rapi di setiap sisinya.

“Bangunan ini terdiri dari dua tingkat, pada bagian puncak ada ventilasi sebagai sirkulasi udara ke dalam ruangan,” ujar Ferhad.

Baca juga: Sejarah Masjid Jamik Pangkalpinang, Ada Sumbangan Bung Hatta dan Kubah dari Etnis Tionghoa

Berbagai potret serta ruang istarahat dan meja kerja para pendiri bangsa kala itu masih bisa dijumpai di Pesanggarahan Menumbing.

Termasuk juga sebuah mobil sedan bn 10 yang biasa digunakan Sukarno dan Hatta untuk bepergian selama pengasingan di Bangka.

Sejarawan Bangka Belitung Akhmad Elvian mengatakan, Pesanggrahan Menumbing memiliki nilai sejarah tinggi karena pernah menjadi lokasi pengasingan Mohammad Hatta.

Ketika itu pada 22 Desember 1948, para pendiri bangsa tiba di Bangka Barat.

Kehadiran tokoh proklamator dan kawan-kawan sebagai buntut dari Agresi Militer Belanda II yang berhasil menguasai pusat pemerintahan republik di Yogyakarta.

“Selain Bung Hatta, ada A Gafar Pringgodigdo, Mr Assa'at dan Commodor Suryadarma. Kemudian menyusul Ali Sastroamidjojo dan Mr M Roem diasingkan di sini,” kata Elvian.

Baca juga: Mengenang Perjalanan Rahmi Hatta Mendampingi Bung Hatta

Seiring kedatangan para tahanan politik tersebut, maka fungsi Pesanggrahan Menumbing pun ikut berubah.

Bahkan Belanda sempat membuat jeruji berukuran 4 x 6 meter yang diyakini sebagai tempat menahan Bung Hatta dan rekan-rekannya.

“Sketsa dari jeruji atau kerangkeng tersebut masih bisa dilihat, dipajang berdampingan dengan sketsa bangunan pesanggrahan ini,” ujar Elvian.

Penahanan Bung Hatta dan tokoh lainnya di dalam jeruji dinilai sebagai bentuk kekhawatiran Belanda, sebab dukungan masyarakat setempat terhadap para pendiri bangsa tersebut sangat tinggi.

Masyarakat juga sangat antusias atas informasi kemerdekaan yang telah dikumandangkan melalui proklamasi 17 Agustus 1945.

“Sehingga bisa saja ada kelompok masyarakat yang membantu melarikan para tokoh tersebut. Karena di Sumatera Utara, pengasingan Bung Karno dipindahkan karena ada masyarakat yang ingin membebaskan beliau,” ujar Elvian.

Baca juga: Cerita Filatelis Buru Prangko Bung Karno dan Bung Hatta

Menurut Elvian, penahanan menggunakan kerangkeng tidak berlangsung lama.

Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tergabung dalam Komisi Tiga Negara (KTN) datang ke Pesanggrahan Menumbing untuk berdialog dengan Bung Hatta.

Ketika itu utusan bernama TK. Critcly yang berasal dari Australia merasa prihatin dan melayangkan nota protes karena tempat pengasingan dinilai tidak manusiawi.

Belanda kemudian merespon dengan membongkar kerangkeng dan menyiapkan kamar sebagai tempat beristirahat.

Menariknya, kata Elvian, selama kunjungan tim dari KTN, Bijen Konvoor Federal overly (BFO) maupun perwakilan Republik Indonesia Serikat (RIS), Hatta menolak untuk berunding sampai Bung Karno dihadirkan di Bangka Barat.

Baca juga: Mengenang Sosok Bung Hatta, dari Sepatu Bally hingga Tak Mau Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan

Alhasil Bung Karno dan Agus Salim kemudian diterbangkan menggunakan pesawat Amfibi ke Pulau Bangka.

Mereka mendarat di Pelabuhan Pangkalbalam, kemudian melanjutkan perjalanan darat ke Bangka Barat.

“Ini meluruskan informasi juga, bahwa selama di Bangka Barat, Bung Karno itu tinggal di Wisma Ranggam dekat kota Mentok. Sedangkan Bung Hatta tetap di Pesanggrahan Menumbing. Ketika perundingan dilakukan saat semuanya sudah berkumpul, Hatta dan sejumlah tokoh yang turun dari Pesanggrahan Menumbing ke Wisma Ranggam,” ungkap Elvian.

Foto-foto yang memerlihatkan Sukarno di Pesanggrahan Menumbing, kata Elvian merupakan foto kunjungan atau kegiatan napak tilas yang diikuti juga masyarakat setempat.

Baca juga: Sosok Mohammad Hatta bagi Iwan Fals dan Pengakuan soal Lagu Bung Hatta 

Sementara untuk tempat tinggal, Sukarno tetap berada di Wisma Ranggam yang terpaut sekitar enam kilometer dari Pesanggrahan Menumbing.

"Kalau di Menumbing kan dingin, alasan kesehatan Soekarno tetap tinggal di bawah di Wisma Ranggam. Kedua tokoh bangsa itu juga sengaja dipisahkan untuk memudahkan pengawasan Belanda,” ujar Elvian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Regional
Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Regional
Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Regional
Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Regional
Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, 'Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta'

Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, "Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta"

Regional
Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Regional
Sempat Menghilang, Pedagang Durian 'Sambo' Muncul Lagi di Demak

Sempat Menghilang, Pedagang Durian "Sambo" Muncul Lagi di Demak

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com