PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung memiliki banyak bangunan bersejarah.
Salah satunya adalah tempat beribadah umat muslim, Masjid Jamik yang terletak di pusat kota Pangkalpinang.
Masjid yang dibangun menggunakan tanah wakaf pada tahun 1936 itu menjadi representasi kuatnya budaya gotong royong nenek moyang.
Sejarawan Pangkalpinang Akhmad Elvian mengatakan, Masjid Jamik dulunya berupa bangunan kayu sebagimana lazimnya bangunan tempo dulu.
Kemudian dilakukan renovasi dan perluasan menggunakan materail batu dan semen yang dianggap lebih kokoh.
Baca juga: Terinspirasi Perjalanan Nabi, Tiang Masjid Ini dari Pohon Jati Utuh Setinggi 27 Meter
Dalam proses pembangunan itu sumbangan mengalir dari berbagai pihak. Termasuk dari kalangan etnis Tionghoa yang beragama non muslim.
"Kubah pertamanya itu dibangun dari sumbangan firma Ko Kian Lan. Firma yang cukup berkembang waktu itu di Pangkalpinang," kata Elvian saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (1/5/2021).
Elvian menuturkan, renovasi masjid dan pembangunan tahap pertama berlangsung selama 1950 hingga 1954. Bangunan masjid diperluas dengan ukuran 30 x 30 meter yang bisa menampung sekitar 2.000 jamaah.
Pada Juli 1951 Masjid Jamik dikunjungi tokoh poklamator sekaligus wakil presiden Muhammad Hatta. Ketika itu Bung Hatta ikut menyumbang pembangunan masjid senilai Rp 1.000.
Baca juga: Warga Non Muslim Desa Ini Rutin Bantu Tetangga Muslim Dirikan Masjid
Sederet nama lain yang berperan dalam pembangunan Masjid Jamik yakni KH Mas'ud Nur yang bertindak sebagai ketua panitia. KH Mas'ud Nur merupakan tokoh kharismatik di Bangka yang sekaligus menjabat sebagai penghulu di Pangkalpinang.
Kemudian ada nama KH Suhaimi dan Hadi Susilo yang merupakan karyawan tambang timah. Hadi Susilo berperan membuat desain masjid yang bertahan hingga saat ini.
Selain itu ada sumbangan dari seorang warga untuk pembangunan menara pertama.
Sumbangan itu diterima setelah warga tersebut menerima uang hasil penjualan tanah di daerah Air Itam yang sekarang menjadi komplek perkantoran gubernur dan organisasi vertikal.
"Jadi memang masjid ini hasil swadaya masyarakat dari semua etnis dan golongan. Bahkan pada periode 1950-an itu tidak hanya masjid Jamik yang sedang dibangun, tapi juga ada Gedung Nasional yang diresmikan 1953," ujar Elvian yang juga mantan kepala dinas pariwisata Pangkalpinang.