Makanan yang diberikan kepada anak-anak stunting, seperti kacang hijau, puding, susu, sayur-sayuran, ikan hingga daging.
Makanan bergizi itu diberikan kepada anak-anak setiap pagi pukul 08.00 Wita sampai pukul 10.00 Wita, di Markas Polsek Alor Barat Daya, mulai hari Senin hingga Jumat.
Jeane juga mengajak petugas medis Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Moru untuk bekerja sama dalam kegiatannya itu.
Dia meminta petugas Puskesmas Moru, agar terus memeriksa kondisi anak-anak, dengan menimbang berat badan, memantau pertumbuhan dan kesehatan.
Alhasil, berkat kerja sama antara Jeane bersama anggotanya dengan petugas medis serta warga dalam memberikan gizi yang seimbang kepada 36 anak stunting selama setahun, membuat perubahan signifikan.
"Kondisi saat ini, dari 36 anak, 34 di antaranya telah memenuhi target gizi. Sedangkan dua orang belum, karena ada penyakit bawaan dan masih dalam perawatan," ungkap Jeane.
Setelah membantu anak-anak bebas dari stunting, Jeane lalu mencari solusi agar orangtua bisa memanfaatkan hasil alam guna membantu asupan gizi bagi anak-anak.
Dia kemudian mengumpulkan warga dan mengajak mereka untuk menanam kelor. Karena bagi dia, kelor memiliki nilai gizi yang tinggi.
Baca juga: Manokwari Alokasikan Rp 434,77 Juta Tangani 135 Kasus stunting
Jeane menyebut, satu gelas air daun kelor, kandungan gizinya setara dengan sembilan gelas susu.
"Kepada masyarakat, saya sampaikan soal kandungan gizi yang ada pada kelor. Setelah mereka paham, kami lalu bersama-sama menanam kelor," kata Jeane.
Menurut Jeane, alasan memilih kelor karena sangat mudah ditanam dan tidak butuh perawatan yang ekstra.
Apalagi, kata dia, konstur tanah di Pulau Alor yang sangat subur dan cocok untuk semua jenis tanaman, termasuk kelor.
Selain untuk makanan sehat dan bergizi, daun kelor juga bisa dijual di pasaran dengan harga yang lumayan membantu ekonomi warga.
"Jadi bagi saya, kelor menjadi salah satu solusi bagi warga di wilayah ini. Selain sehat, juga memiliki nilai ekonomis," ujar dia.
Tak hanya memberi makanan bergizi, Jeane juga merawat anak asuhnya. Dia menyediakan ruang belajar di Markas Polsek.
"Kami terinspirasi membangun pojok baca masyarakat di Markas Polsek Alor Barat Daya untuk mencerdaskan masyarakat terpencil, melalui peningkatan literasi masyarakat, peningkatan minat baca anak-anak dan masyarakat," ujarnya.
Pihaknya menyadari bahwa hanya dengan membaca buku anak dan masyarakat bisa mengetahui tentang banyak hal, baik itu ilmu pengetahuan maupun keterampilan praktis.
"Karena buku adalah jendela dunia," tandas Polwan pemegang tanda jasa Satya Lencana Kesetiaan ini.
Lokasi pojok baca dengan memanfaatkan bekas rumah dinas Kapolsek Alor Barat Daya.
Pihaknya merenovasi secara swadaya melibatkan semua anggota Polsek Alor Barat Daya agar bisa digunakan sebagai ruang baca.
Kebutuhan buku bacaan juga diadakan secara swadaya. Jeane dan anggota mencari bantuan seadanya dari berbagai pihak yang bersedia memberikan bantuan buku dan perlengkapan lainnya.
Setelah membantu menangani stunting di Kecamatan Alor Barat Daya, Jeane memiliki harapan ke depan bagi anak asuhnya.
Baca juga: Hadiri Baksos Walubi di Candi Borobudur, Ganjar Ingatkan Soal Stunting sampai Ibu Hamil
Dia berharap, selain anak-anak ini cepat terbebas dari stunting, juga pola asuh orangtua terhadap anak stunting bisa diperbaiki.
Terutama, dalam pemenuhan gizi yang seimbang pada anak, juga pemanfaatan sayuran kelor bagi anak, yang mengandung gizi yang cukup tinggi.