KOMPAS.com - Mencegah stunting bukan hanya tugas para ibu, namun peran ayah dalam memperhatikan kesehatan dan pola asuh anak di keluarga juga tak kalah penting.
Hal itu diungkapkan juga oleh salah satu pegiat pencegahan stunting di Kelurahan Karangasem, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, bernama Patmawati (54).
"Semua berawal dari keluarga. Keluarga sehat tentunya akan bisa menular ke tetangga dan pelan-pelan ke wilayah lain. Tetapi intinya adalah dari keluarga dulu," katanya, saat ditemui di rumahnya, Jumat (13/4/2023).
Baca juga: Kisah Bayi Lulus dari Stunting di Magetan, Kebijakan Pemda Berperan Besar
Dari pengalamannya sebagai pegiat kesehatan masyarakat sejak 1990-an, Fatma menceritakan perjuangannya mewujudkan kampung bebas rokok di wilayah Kelurahan Karangasem.
Program tersebut, katanya, menjadi salah satu wujud keterlibatan ayah dalam pencegahan stunting.
Baca juga: 115 Anak Menderita Stunting di Pekanbaru
"Di RW 4 dan 9 saya mulai mengajak untuk mengadakan kampung bebas asap rokok, dan berhasil. Tentunya dukungan dari bapak-bapak dan tokoh masyarakat berperan penting," katanya.
Program tersebut, mendapat penghargaan juara dua tingkat Provinsi Jateng dalam mendukung pola hidup bersih dan sehat (PHBS) masayarakat.
"Ndak main-main lho Mas, ini mendapat penghargaan nasional. Awal mulanya saya ajak berdialog dulu dengan masyarakat soal bahaya asap rokok bagi kesehatan," katanya.
Dari data tahun 2022, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Solo mencatat ada 788 atau 3,1 persen kasus stunting pada 2022.
Angka tersebut termasuk tinggi dan menjadi catatan untuk mengejar target tidak ada kasus stunting baru di 2024.
"Bukan masalah tinggi atau rendah. Itu artinya kita terlambat ya karena 788 sudah didiagnosis stunting. Karena 1.000 hari pertama kehidupan di usia itu artinya sudah tertinggalkan," kata Kepala DP3AP2KB Solo, Purwanti di Solo, Jawa Tengah, Senin (6/3/2023).
Untuk itu, kata Purwanti, perlu adanya langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan target di 2024 itu.
Salah satunya dengan melibatkan peran ayah di keluarga dan merubah mindset masyarakat soal tanggung jawab mengasuh anak di masyarakat. "
"Mindset kaum ibu memegang tanggung jawab mengasuh anak harus mulai dirubah. Alasannya, peran ayah sebagai kepala keluarga dan pengambil keputusan di keluara juga perlu dilibatkan," katanya pada Senin (17/4/2023).
Purwanti lalu menjelaskan salah satu contoh peran ayah adalah dalam memutuskan memiliki jumlah anak.
Di tahap ini, sosok ayah harus memahami dan tahu soal jarak kelahiran dan biasanya kasus stunting terjadi pada kelahiran lebih dari dua.
"Beberapa kasus ada ayah yang belum berhenti ingin memiliki anak karena belum sesuai dengan harapan jenis kelaminnya. Nah, ini perlu diperhatikan soal kesehatan istri, anak dan keluarga secara umumnya," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.