Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Turun 47 Persen, Stunting di Tapanuli Selatan Menyusut Jadi 139 Anak

Kompas.com - 18/04/2023, 20:51 WIB
Dwi NH,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat ini, jumlah anak menderita stunting atau gangguan pertumbuhan di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) terus mengalami penurunan hingga 47 persen.

Penurunan angka stunting tersebut berkat keseriusan dan kerja keras semua pihak, terutama langkah masif yang ditempuh oleh Bupati Tapsel Dolly P Pasaribu.

Semua pihak yang dimaksud, mulai dari unsur Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tapsel, seluruh pemangku kepentingan sampai pemerintah kecamatan dan desa, serta Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK).

Alhamdulillah, bulan (April) ini (angka stunting) jauh menurun tinggal 139 anak dibanding akhir tahun 2022 (yang) tercatat 293 anak,” ujar Satuan Tugas (Satgas) Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Tapsel Abdul Latif Lubis dalam keterangan tertulis yang dikutip dari mimbarumum.co.id, Selasa (18/4/2023).

Baca juga: Lewat SMS Bu Novita, Ketua TP PKK Trenggalek Coba Tekan Angka Stunting

Ia menyebutkan, Bupati Tapsel beserta Ketua TP-PKK selama ini kompak mengatasi stunting.

Bahkan, kata dia, Bupati Dolly  meminta laporan per hari tentang apa saja kegiatan yang dilakukan pihaknya dalam upaya menurunkan angka stunting di Tapsel.

Kegiatan tersebut, seperti memberikan edukasi pola asuh anak yang benar dan baik, memberikan bantuan asupan makanan, dan dampaknya terhadap anak berisiko stunting tersebut.

“Di samping melakukan pendataan ulang keluarga berisiko stunting dengan memverifikasi dan memvalidasi pendataan keluarga atau PK21,” imbuh Abdul.

Dalam mengatasi stunting, ia menjelaskan, Pemkab Tapsel juga melibatkan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan pos pelayanan terpadu (posyandu).

Baca juga: 14 Penyakit yang Gratis Skrining Kesehatan di Puskesmas

Adapun langkah lainnya, kata Abdul, memberikan pemahaman agar orangtua asuh mendukung penuh program penurunan prevalensi stunting yang melibatkan pemangku kepentingan.

“Sesuai harapan Pak Bupati Dolly dan elemen masyarakat lain agar bagaimana penderita stunting terus menurun hingga pada akhirnya zero (nol) stunting,” ucapnya.

Perbedaan gizi buruk dan stunting

Pada kesempatan tersebut, Abdul menjelaskan tentang perbedaan antara anak penderita gizi buruk dengan anak stunting.

Anak dengan gizi buruk, kata dia, biasanya memiliki ciri-ciri kulit yang kering, lemak di bawah kulit berkurang, otot mengecil, dan kemungkinan perut anak membuncit.

Baca juga: Perut Membuncit Dikira karena Sulit BAB, Perempuan Asal Riau ini Ternyata Miliki Kista 30 Cm

“Sementara itu, stunting adalah melambatnya pertumbuhan pada anak akibat kurangnya asupan gizi,” ujar Abdul.

Selain itu, lanjut dia, stunting juga menjadi penyebab tinggi badan anak terhambat atau lebih rendah dibanding anak seusianya.

Pemerintah sendiri juga menetapkan sasaran spesifik pencegahan stunting bagi remaja, calon pasangan usia subur atau calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu dengan anak usia 0-59 bulan.

“Indikator umum yang digunakan Indonesia untuk mengukur stunting pada anak adalah dengan menggunakan berat badan menurut tinggi, tinggi badan menurut usia, dan berat badan menurut usia,” jelas Abdul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com