Adi Bahri, warga Dusun Buddagan I Desa Larangan Luar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, merupakan salah satu pelestari rumah Tanean Lanjhang.
11 rumah Tanean Lanjhang yang ada saat ini, merupakan warisan dari buyutnya. Adi merupakan generasi keempat sejak rumah tersebut dibangun oleh leluhurnya.
"Rumah ini sudah langka di Madura. Kami rawat secara terus menerus untuk melestarikannya. Kepada anak-anak saya, juga diwajibkan untuk merawatnya," kata Adi Bahri saat ditemui pertengahan Agustus kemarin.
Motivasi Adi mempertahankan rumah tersebut, karena di dalamnya sarat makna kehidupan seperti kuatnya kekerabatan dan simbol keharmonisan keluarga.
Tak hanya itu, tersimpan peringatan hidup bahwa orang Madura pekerja keras tapi tidak melupakan kehidupan baru setelah kematian di dunia.
Simbol keharmonisan keluarga, tercermin dalam ukiran-ukiran motif bunga di dinding kayu rumah dengan paduan cat warna yang mencolok.
"Simbol pekerja keras bisa dilihat dari atap rumah yang berbentuk seperti perahu, dimana ini menandakan bahwa nenek moyang kita adalah pelaut yang handal. Atau bisa juga dimaknai bahwa atap rumah seperti nisan kuburan itu, sebagai bentuk bahwa orang Madura selalu ingat akan kematian dan kehidupan abadi setelah kematian," ungkap Adi.
Baca juga: Makna Hari Raya Saraswati: Peringatan Turunnya Ilmu Pengetahuan Dalam Ajaran Hindu
Rumah milik Adi ini, kerap didatangi peneliti dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Bahkan ada pasangan suami istri asal Jawa Barat yang meneliti untuk kebutuhan disertasi doktoralnya.
Turis mancanegara juga beberapa kali datang mengunjungi rumah tersebut. Di antaranya ada dari Australia, Belanda dan Amerika.
"Ada peneliti dari Bandung bersama dengan turis Australia sampai menginap di Tanean Lanjhang ini. Mereka mengaku nyaman, sejuk, penuh keakraban dengan sesama penghuni Tanean Lanjhang," tutur Adi yang juga kepala dusun.
Pemerintah Kabupaten Pamekasan, beberapa kali mengadakan kegiatan untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya Tanean Lanjhang. Misalnya, kegiatan Semalam di Tanean Lanjhang, festival Tanean Lanjhang.
Kegiatan itu diisi dengan berbagai macam sajian kebudayaan dan makanan khas Madura.
"Bupati, Wabup, kepala dinas, camat dan pejabat yang lain, kalau sudah festival sudah pasti menginap di Tanean Lanjhang, membawa turis mancanegera," ungkapnya.
Kepada anak-anaknya, Adi melarang untuk merusak rumah Sangkolan dari nenek moyangnya itu.
Bahkan, ketika butuh renovasi harus disegerakan karena kawatir kerusakan yang ada, akan merembet ke bagian rumah yang lain.
Sejak dibangun oleh nenek moyangnya, baru dua kali dilakukan renovasi, namun tidak merubah dan merusak keaslian rumah tersebut.
"Kalau ada anggota keluarga yang mau membangun rumah baru, kami larang merusak rumah Sangkolan. Silahkan pindah ke tanah lain dan membangun rumah modern, dan itu sudah menjadi kesepakatan dalam keluarga Tanean Lanjhang ini," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.