Untuk memanggang, mereka menggunakan api dari batok kelapa yang dihanguskan lebih dulu yang disebut dengan arang batok kelapa.
Baca juga: Maju di Miss Grand International, Kostum Sate Aurra Kharishma Curi Perhatian
Sementara itu dikutip dari medium.com, kata sate atau satai berasal dari bahasa Tamil.
Pada abad ke-19, diduga sate diciptakan pertama kali oleh pedagang makanan jalanan di Jawa. Saat itu banyak pendatang dari Arab dan pendatang muslim Tamil dan Gujarat dari India yang datang ke Indonesia.
Saat Idul Adha, banyak daging hewan kurban dan kebanyakan dari warga keturunan memanggang sate bersama-sama untuk merayakan hari raya.
Namun teori lain menyebutkan jika kata sate berasal dari istilah Minnan-Tionghoa yakni sa tae bak yang berarti tiga potong daging.
Baca juga: Resep Sate Komoh, Sate Daging Sapi Khas Jawa Timur
Namun teori ini diragukan karena secara tradisional, sate di Nusantara terdiri dari empat potong bukan tiga potong.
Sate pun menyebar ke pelosok Nusantara, Pada akhir abad ke-19, disebutkan para perantau Jawa dan Madura menyeberangi Selat Malaka dan menyeberangi Malaysia hingga Singapura.
Saat pendatang Melayu di Hindia Belanda pindah ke Afrika Selatan, maka sate pun ikut menyebar. Di Afrika Selatan sate dikenal dengan sosatie.
Baca juga: Mengenal 9 Macam Sate Khas Bali, Tidak Hanya Sate Lilit
Sate sangat melekat pada masyarakat Madura. Menurut Kadarisman Sastrodiwirjo selaku Pensiunan Peneliti Balitbang Provinsi Jawa Timur ada filosofi di balik sepiring sate madura.
“Karena tanah di Madura gersang. Maka masyarakatnya memanfaatkan bahan pangan hewani. Sebab kalau menanam sayur tanah di Madura sukar untuk tumbuh subur,” jelas Kadarisman Sastrodiwirjo kepada Kompas.com, Jumat (26/3/2021).
Kondisi tanahnya yang gersang, masyarakat Madura lebih memilih menyantap hewan ternak dan ikan laut.
Sehingga, hewan ternak seperti kambing, sapi, dan ayam banyak diolah menjadi sajian khas daerah setempat. Salah satunya diolah menjadi sate.
Baca juga: Resep Sate Sampi, Sate Sapi dengan Bumbu Khas Bali
Ia mengatakan filosofi sate madura adalah menyatukan setiap elemen dan disatukan menjadi satu.
“Menusuk daging menjadi satu bisa dikatakan sebagai menyatukan berbahai elemen sebagai sebuah satu kesatuan,” paparnya.
Sate pun menjadi sajian yang sangat akrab bagi masyarakat Madura.
Bahkan saat masyarakat Madura merantau ke daerah lain, maka akan memilih menjual makanan yang dekat mereka yakni sate.
Baca juga: Resep Sate Languan khas Bali, Sate Lilit dari Ikan Tongkol