KOMPAS.com - Bagi warga Solo, Jawa Tengah, pasti tidak asing dengan keberadaan Tugu Lilin yang terletak di kawasan Penumping, Laweyan.
Terlebih lagi, gambar tugu Tugu Lilin tersebut juga dijadikan sebagai lambang resmi Kota Solo selain keris.
Lantas, bagaimana sejarah berdirinya bangunan cagar budaya tersebut?
Berikut ini rangkuman yang dihimpun Kompas.com.
Baca juga: Mementaskan Sejarah Solo 270 Tahun Silam
Dikutip dari situs resmi Kemdikbud, bangunan tugu lilin itu ternyata telah dibangun sejak 1933 sebagai simbol peringatan 25 tahun berdirinya organisasi pergerakan Boedi Oetomo.
Saat itu, Boedi Oetomo melalui Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPKI) berinisiatif untuk mendirikan tugu tersebut.
Konsep bangunan Tugu Lilin yang ditawarkan Ir.Soetedjo saat itu dianggap memenuhi cita-cita kebangsaan dan mudah dimengerti masyarakat secara umum.
Sebab, bentuk tugu yang ditawarkan menggambarkan kekuatan, sedangkan lilin mempunyai arti penerang jalan.
Meski pendirian bangunan saat itu sudah mendapatkan izin dari Pakubuwono X pada akhir November 1933, namun, dalam prosesnya ternyata memiliki banyak hambatan.
Pasalnya, pemerintahan Hindia Belanda sempat menolak pembangunan tugu tersebut karena dianggap sebagai simbol pemberontakan.
Bahkan, Pakubuwono X sempat dipanggil Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang saat itu dipimpin oleh Bonifacius Cornelis de Jonge karena mendukung pendirian tugu tersebut.
Baca juga: Asal-usul Kota Solo, dari Geger Pecinan hingga Perjanjian Giyanti