Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Tugu Lilin Solo, Tonggak Sejarah Pergerakan Kemerdekaan

Kompas.com - 21/03/2021, 14:50 WIB
Setyo Puji

Editor

KOMPAS.com - Bagi warga Solo, Jawa Tengah, pasti tidak asing dengan keberadaan Tugu Lilin yang terletak di kawasan Penumping, Laweyan.

Terlebih lagi, gambar tugu Tugu Lilin tersebut juga dijadikan sebagai lambang resmi Kota Solo selain keris.

Lantas, bagaimana sejarah berdirinya bangunan cagar budaya tersebut?

Berikut ini rangkuman yang dihimpun Kompas.com.

Baca juga: Mementaskan Sejarah Solo 270 Tahun Silam

Sejarah pergerakan kemerdekaan

Dikutip dari situs resmi Kemdikbud, bangunan tugu lilin itu ternyata telah dibangun sejak 1933 sebagai simbol peringatan 25 tahun berdirinya organisasi pergerakan Boedi Oetomo.

Saat itu, Boedi Oetomo melalui Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPKI) berinisiatif untuk mendirikan tugu tersebut.

Konsep bangunan Tugu Lilin yang ditawarkan Ir.Soetedjo saat itu dianggap memenuhi cita-cita kebangsaan dan mudah dimengerti masyarakat secara umum.

Sebab, bentuk tugu yang ditawarkan menggambarkan kekuatan, sedangkan lilin mempunyai arti penerang jalan.

Meski pendirian bangunan saat itu sudah mendapatkan izin dari Pakubuwono X pada akhir November 1933, namun, dalam prosesnya ternyata memiliki banyak hambatan.

Pasalnya, pemerintahan Hindia Belanda sempat menolak pembangunan tugu tersebut karena dianggap sebagai simbol pemberontakan.

Bahkan, Pakubuwono X sempat dipanggil Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang saat itu dipimpin oleh Bonifacius Cornelis de Jonge karena mendukung pendirian tugu tersebut.

Baca juga: Asal-usul Kota Solo, dari Geger Pecinan hingga Perjanjian Giyanti

 

Pembangunan Tugu

Meskipun akhirnya telah mendapatkan izin pendirian tugu, tapi setelah tugu tersebut selesai dibangun kembali mendapatkan reaksi keras dari Pemerintah Hindia Belanda.

Pemerintah Hindia Belanda saat itu menolak pemberian nama tugu tersebut sebagai Tugu Peringatan Pergerakan Kebangsaan 1908-1933.

Karena nama tugu tersebut, bahkan Pemerintah Hindia Belanda mengancam akan membongkarnya.

Tapi setelah mediasi kembali dilakukan antara Pakubuwono X dengan Pemerintah Hindia Belanda kala itu, akhirnya tugu tersebut tetap berdiri hingga sekarang dengan nama resminya adalah Tugu Kebangkitan Nasional.

Baca juga: Mengenal Kopi Wonogiri, Potensi dan Sejarahnya

Lambang Persis dan Pemkot Solo

Dosen sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Heri Priyatmoko dilansir dari TribunSolo mengatakan, gambar Tugu Lilin itu akhirnya juga digunakan sebagai lambang resmi Persatuan Sepak Bola Indonesia Solo (Persis) pada tahun 1923.

Tidak hanya logo klub sepak bola, Pemerintah Kota Solo saat itu juga menjadikan lambang tugu lilin itu sebagai salah satu maskot pemerintahan.

Menurutnya, di balik logo Tugu Lilin itu terdapat makna perjuangan yang mendalam, sekaligus membuktikan bahwa Solo adalah kota pergerakan kemerdekaan.

Melihat sejarah panjang dari berdirinya tugu tersebut, akhirnya pada 2017, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menetapkan bangunan itu sebagai Cagar Budaya peringkat nasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Regional
Aduan Tarif Parkir 'Ngepruk' di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Aduan Tarif Parkir "Ngepruk" di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Regional
Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Regional
Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Regional
5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

Regional
Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Regional
Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Regional
Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Regional
Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Regional
2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

Regional
Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Regional
Pangdam Kasuari Ingatkan Prajurit Kodam Tetap Waspada setelah Perubahan KKB Jadi OPM

Pangdam Kasuari Ingatkan Prajurit Kodam Tetap Waspada setelah Perubahan KKB Jadi OPM

Regional
Mentan Puji Merauke sebagai Surganya Pertanian

Mentan Puji Merauke sebagai Surganya Pertanian

Regional
Mantan Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo Maju Lagi dalam Pilkada 2024

Mantan Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo Maju Lagi dalam Pilkada 2024

Regional
50.000 Warga di Lebong Bengkulu Terendam Banjir, 2 Kecamatan Terisolasi

50.000 Warga di Lebong Bengkulu Terendam Banjir, 2 Kecamatan Terisolasi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com