BORONG, KOMPAS.com - Wakil Bupati Manggarai Timur Jaghur Stefanus meninjau lokasi longsor di kawasan Bendungan Wae Laku, desa Compang Kantar, Kecamatan Ranamese, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (22/3/2021).
Peninjauan lokasi longsor itu bertepatan dengan peringatan Hari Air Sedunia.
Longsor terjadi di dua titik pada sepanjang jalan dan saluran irigasi menuju Bendung Wae Laku. Longsor pertama sepanjang sekitar 70 meter menutup akses jalan sehingga perjalanan menuju Bendungan Wae Laku harus ditempuh dengan berjalan kaki.
Setelah berjalan beberapa meter, timbunan material longsor juga ditemukan di atas saluran irigasi dan menutupi sebagian badan jalan.
Longsor terjadi akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Manggarai Timur beberapa waktu lalu.
Selain timbunan material yang menutupi akses jalan menuju bendungan, timbunan sedimen berupa pasir dan batu yang cukup tinggi juga memenuhi saluran irigasi utama.
Selain itu, terjadi penggerusan pinggir kali oleh air yang menyebabkan pengurangan badan jalan dan semakin melebarnya sungai Wae Laku. Jalan menuju bendungan juga semakin sempit.
Baca juga: Penjelasan Ahli Geologi soal Emas yang Muncul di Pantai Maluku Tengah: Diduga Berasal dari Hulu
Wae Laku merupakan bendungan terbesar di Manggarai Timur yang dibangun pada 2017.
Bangunan utama Bendung Wae Laku terdapat di Desa Compang Kantar, Kecamatan Ranamese. Sementara salurannya mengaliri area persawahan Desa Bangka Kantar, Desa Golo Kantar, dan Desa Nanga Labang, di Kecamatan Borong.
Stefanus menyampaikan keresahan dan keprihatinannya terkait longsor yang terjadi. Apalagi, kondisi itu membuat petani terancam gagal panen.
“Saya turut prihatin dengan kondisi ini. Kondisi seperti ini tentu sangat menyulitkan masyarakat kita terutama yang mengandalkan irigasi Wae Laku untuk pertanian dan kebutuhan rumah tangga sehari-hari," kata Stefanus dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (23/3/2021).
Saat wawancara dengan Kompas.com di rumah jabatannya, Senin, (22/3/2021), Stefanus menjelaskan, perbaikan saluran irigasi dan dampak longsor di areal bendungan Wae Laku membutuhkan dana miliaran rupiah. Daerah tidak memiliki anggaran sebesar itu.
"Daerah akan terus berkoordinasi dengan Dinas PUPR Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk mengatasi saluran irigasi itu karena padi milik masyarakat yang sedang berbunga, bunting dan menguning kena dampak jikalau tidak dialiri air yang bersumber dari Bendungan Wae Laku," jelasnya.