Salin Artikel

Longsor di Sekitar Bendungan Wae Laku Manggarai Timur, Petani Terancam Gagal Panen

Peninjauan lokasi longsor itu bertepatan dengan peringatan Hari Air Sedunia. 

Longsor terjadi di dua titik pada sepanjang jalan dan saluran irigasi menuju Bendung Wae Laku. Longsor pertama sepanjang sekitar 70 meter menutup akses jalan sehingga perjalanan menuju Bendungan Wae Laku harus ditempuh dengan berjalan kaki.

Setelah berjalan beberapa meter, timbunan material longsor juga ditemukan di atas saluran irigasi dan menutupi sebagian badan jalan.

Longsor terjadi akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Manggarai Timur beberapa waktu lalu. 

Selain timbunan material yang menutupi akses jalan menuju bendungan, timbunan sedimen berupa pasir dan batu yang cukup tinggi juga memenuhi saluran irigasi utama. 

Selain itu, terjadi penggerusan pinggir kali oleh air yang menyebabkan pengurangan badan jalan dan semakin melebarnya sungai Wae Laku. Jalan menuju bendungan juga semakin sempit.

Wae Laku merupakan bendungan terbesar di Manggarai Timur yang dibangun pada 2017.

Bangunan utama Bendung Wae Laku terdapat di Desa Compang Kantar, Kecamatan Ranamese. Sementara salurannya mengaliri area persawahan Desa Bangka Kantar, Desa Golo Kantar, dan Desa Nanga Labang, di Kecamatan Borong.

Stefanus menyampaikan keresahan dan keprihatinannya terkait longsor yang terjadi. Apalagi, kondisi itu membuat petani terancam gagal panen.

“Saya turut prihatin dengan kondisi ini. Kondisi seperti ini tentu sangat menyulitkan masyarakat kita terutama yang mengandalkan irigasi Wae Laku untuk pertanian dan kebutuhan rumah tangga sehari-hari," kata Stefanus dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (23/3/2021).

Saat wawancara dengan Kompas.com di rumah jabatannya, Senin, (22/3/2021), Stefanus menjelaskan, perbaikan saluran irigasi dan dampak longsor di areal bendungan Wae Laku membutuhkan dana miliaran rupiah. Daerah tidak memiliki anggaran sebesar itu.

"Daerah akan terus berkoordinasi dengan Dinas PUPR Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk mengatasi saluran irigasi itu karena padi milik masyarakat yang sedang berbunga, bunting dan menguning kena dampak jikalau tidak dialiri air yang bersumber dari Bendungan Wae Laku," jelasnya.


Stefanus  mengapresiasi langkah taktis yang diambil BPBD Kabupaten Manggarai Timur yang berkoordinasi dengan Dinas PUPR untuk menangani longsor. 

“Terima kasih kepada rekan-rekan dari BPBD dan Dinas PUPR yang sudah bergerak cepat turun ke lokasi dan mengambil langkah-langkah taktis untuk penanganan bencana ini. Kita akan tetap berkoordinasi dengan Provinsi NTT untuk penanganan lebih lanjut. Saya harap masyarakat juga ikut aktif membantu teman-teman dari Dinas supaya masalah ini cepat teratasi," jelasnya.

Kepala Dinas PUPR Kabupaten Manggarai Timur  Yoseph Marto menyampaikan, Dinas PUPR dan BPBD sudah melakukan langkah teknis untuk penanganan awal bencana longsor. Seperti, membersihkan saluran utama dari material batu dan pasir.

“Kita tetap berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II (BWS NTT II), untuk penanganan lebih lanjut. Kerusakan yang terjadi cukup besar dan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit juga, untuk itu Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur akan tetap membangun komunikasi dan koordinasi ke BWS NT II yang ada di Kupang.” jelasnya.

Selain pembersihan saluran utama dari sedimen pasir dan batu, Lanjut Marto, beberapa titik longsor yang menutupi jalan juga sudah dibersihkan. 

Camat Borong, Yani Gagu menjelaskan, saluran iriasi dari bendungan Wae Laku mengairi tiga desa di wilayah tersebut.

Saluran yang rusak karena longsor berdampak bagi area persawahan milik petani di wilayah tersebut.

Selain itu, kebutuhan sehari-hari warga tiga desa itu juga terdampak seperti mandi cuci kakus.

"Kemarin saat kunjungan tinjau lokasi longsor oleh Wakil Bupati Manggarai Timur, Jaghur Stefanus tidak sempat ikut karena ada tugas lain yang diselesaikan di kantor. Saya berharap semoga segera diperbaiki oleh Dinas PUPR Manggarai Timur. Untuk luas areal persawahan tiga desa saya minta di aparat desa tersebut," ujarnya saat dihubungi Selasa.

Anggota DPRD NTT Yohanes Rumat menjelaskan, Balai Sungai Wilayah II NTT sudah mendengar informasi longsor di Bendungan Wae Laku, Manggarai Timur.

"Saya sudah diskusi dengan pihak Balai Besar Sungai Wilayah II Provinsi NTT. Pihak Balai akan lakukan observasi, kajian dan analisa bencana tersebut. Dari hasil itu, pihak Balai akan biaya konstruksi kembali untuk menangani bencana tersebut. Saya reses di lokasi bencana itu, 26 Maret 2021," jelasnya saat dihubungi.

Rumat menjelaskan, bencana ini murni karena alam. Untuk itu, kerugiannya akan dihitung agar anggaran perbaikan bisa dimasukkan dalam APBN.

"Pihak Balai Besar Sungai NTT menunggu laporan dari Dinas BPBD dan Dinas PUPR Kabupaten Manggarai Timur. Ia berharap warga Manggarai Timur yang terkena dampak untuk sabar karena ada proses yang harus diatur sesuai regulasi," jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/23/154730678/longsor-di-sekitar-bendungan-wae-laku-manggarai-timur-petani-terancam-gagal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke