Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kasidah Nasida Ria asal Semarang, 45 Tahun Berkarya dari Kaset hingga Youtube, Nyanyikan 400 Lagu

Kompas.com - 03/01/2021, 15:05 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Empat dekade membawakan lagu-lagu kasidah, grup legendaris Nasida Ria asal Semarang, Jawa Tengah berupaya untuk tetap eksis di blantika musik Indonesia.

Di era digital, grup beranggotakan para perempuan ini terus bertahan melalui media sosial serta regenerasi demi berdakwah dan menjaga tradisi.

Kisah-kisah lucu dan mengharukan meluncur dari ingatan Rien Djamain dan 10 personel grup musik kasidah Nasida Ria melalui tayangan langsung Nasida Ria TV di kanal Youtube.

Mereka menyapa penggemar dan berbagi pengalaman selama bermusik dengan mengusung genre kasidah.

Baca juga: Ketika Grup Kasidah dan Paduan Suara Gereja Berkolaborasi di Pesparani Katolik Papua

Penampilan virtual dari studio Nasida Ria di Gunungpati, Semarang, khusus digelar untuk merayakan "45 Tahun Nasida Ria Berkarya".

Grup musik kasidah yang beranggotakan 11 personel dari generasi satu hinga tiga masih eksis dan sanggup menembus batas dengan teknologi digital.

Mereka adalah Rien Djamain (bass gitar), Afuwah (kendang), Nadhiroh (biola), Nurhayati (biola ), Sofiatun (keyboard), Hamidah (seruling), Nurjanah (gitar), Uswatun Hasanah (gitar), Titik Mukaromah (gitar), Siti Romnah (piano), Thowiyah (kendang ).

Baca juga: Lewat Wayang dan Kasidah, Kaum Perempuan Desak Jokowi Beri Amnesti untuk Baiq Nuril

Grup musik kasidah, Nasida Ria, telah 45 tahun berkarya. Di masa pandemi, mereka tak lagi pentas di hadapan orang banyak, tapi beralih ke ranah virtual.NASida Ria Grup musik kasidah, Nasida Ria, telah 45 tahun berkarya. Di masa pandemi, mereka tak lagi pentas di hadapan orang banyak, tapi beralih ke ranah virtual.
Semua personelnya minimal menguasai tiga jenis alat musik dan vokal sehingga dapat saling bergantian ketika pentas.

Choliq Zain, General Manager Nasida Ria, mengatakan Nasida Ria tetap produktif di saat pandemi dengan berbagai konten di platform digital termasuk mengisi acara di televisi swasta.

"Kalau pentas outdoor tidak boleh, harus pintar-pintar cari peluang. Manajemen membuat konser virtual di studio sendiri, lalu di-share ke YouTube," jelasnya kepada wartawan melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Baca juga: Cerita Bidan Meninggal karena Covid-19, Sehari Kemudian Ayah dan Ibunya Juga Berpulang

Konser virtual sederhana menjadi strategi mendekatkan Nasida Ria pada pencinta musik segala umur. Sekaligus membuktikan grup musik kasidah modern asal Semarang ini tak redup dimakan zaman.

"Era digital harus berubah. Kalau tidak, kita ketinggalan zaman. Dulu kita jualan pakai kaset, CD, VCD, DVD, sekarang pakai YouTube. Ada banyak platform seperti Joox. Kalau ada yang bertanya tidak produksi, tidak tampil, sekarang klik bisa lihat ada vlog, kegiatan macam-macam," kata Choliq Zain.

Pria yang akrab disapa Gus Choliq itu menggantikan peran sang ayah, H M Zain, sosok di balik kesuksesan grup musik Nasida Ria.

Baca juga: Cerita Pilu Badar, Tewas Tenggelam Saat Selamatkan Istrinya di Waduk Cirata

Murid-murid mengaji dari kawasan Kauman Semarang

Dikembangkan Pak Zain dengan drum, kendang, seruling, biola dan tamborin. Setelah bisa memainkan biola, drum dihilangkan dan biola menjadi ciri khas Nasida Ria.NASida Ria Dikembangkan Pak Zain dengan drum, kendang, seruling, biola dan tamborin. Setelah bisa memainkan biola, drum dihilangkan dan biola menjadi ciri khas Nasida Ria.
HM Zain adalah seorang pemuka agama Islam di Semarang yang membentuk grup musik Nasida Ria pada 1975. Dia mendorong murid-muridnya untuk bermusik di asrama miliknya di kawasan Kauman Mustaram no 58, Semarang.

Nama Nasida Ria dipilih yang berasal dari gabungan kata Nasida atau nyanyian serta Ria alias gembira.

"Harapannya agar kami bisa berdakwah lewat musik dengan penuh kegembiraan," kata Rien Djamain.

Rien Djamain mengatakan, pada mulanya, mereka datang untuk belajar mengaji.

Baca juga: Konser Musik Virtual Natal, Kumpulkan Rp 300 Juta untuk Rumah Baca di Sentani Papua

Namun, HM Zain yang juga penyuka musik dan mengoleksi lagu-lagu Umi Kalsum, mencarikan guru musik agar para murid tidak bosan belajar.

"Pagi masak, lalu mengaji. Setelah waktu luang baru latihan. Waktu itu masih polos umur 15 tahun. Niat awal mengaji, karena bapak kreatif luar biasa. Dia mencari bibit-bibit yang bersuara bagus. Awalnya personel sembilan orang sesuai jumlah huruf Nasida Ria," kata pembetot bass gitar di Nasida Ria.

"Pak Zain mengajar tilawah di Gunungpati, saya muridnya. Banyak belajar tentang agama. Kalau ingin gabung Nasida Ria, mendaftar di Kauman. Alhamdulillah diterima," imbuh Afuwah, personel generasi kedua.

Baca juga: Terpental Saat Dengarkan Musik Ketika Hujan, Hendra Tewas Tersambar Petir, Sempat Peluk Temannya

K.H. Ahmad Buchori Masruri yang waktu itu Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah kemudian membantu mengalihbahasakan syair bahasa Arab ke bahasa Indonesia. NASida Ria K.H. Ahmad Buchori Masruri yang waktu itu Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah kemudian membantu mengalihbahasakan syair bahasa Arab ke bahasa Indonesia.
Tak disangka, anak-anak didik HM Zain mampu berkembang dalam bermusik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com