Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kasidah Nasida Ria asal Semarang, 45 Tahun Berkarya dari Kaset hingga Youtube, Nyanyikan 400 Lagu

Kompas.com - 03/01/2021, 15:05 WIB
Rachmawati

Editor

Awalnya mereka hanya memainkan lagu berbahasa Arab dengan iringan rebana. Kemudian mendapat hibah alat musik keyboard dan gitar.

"Dikembangkan Pak Zain dengan drum, kendang, seruling, biola dan tamborin. Setelah bisa memainkan biola, drum dihilangkan dan biola menjadi ciri khas Nasida Ria."

"Dulu alat musik semua dipegang. Semua mulai dari nol, kita dipanggilkan guru. Kemudian berkembang dikasih not balok, bisa dan latihan sendiri. 40 tahun saya nge-bass gitar," kenang Rien, satu-satunya personel generasi pertama yang masih bertahan.

Grup Nasida Ria mendapat kesempatan masuk dapur rekaman setelah HM Zain menerima tawaran dari Ira Puspita Record untuk membuat album musik.

Baca juga: Mahasiswa Edit Video Masjid di Bandung Setel Musik Kencang, untuk Tambah Follower

Akan tetapi, lagu-lagu yang dirilis di album kurang diminati karena mereka menyanyikan lagu gambus berbahasa Arab kental nuansa Timur Tengah.

"Dari album volume 1 hingga 4 belum ada yang meledak di pasaran. Kemudian bapak bertemu sahabatnya, KH Ahmad Buchori Masruri yang menyarankan untuk mengganti syair bahasa Arab agar pesan dakwah di lagu mudah dipahami," jelas Choliq Zain, putra kedua HM Zain.

K.H. Ahmad Buchori Masruri yang waktu itu Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah kemudian membantu mengalihbahasakan syair bahasa Arab ke bahasa Indonesia.

Dengan menggunakan Abu Ali Haidar, ia juga menciptakan banyak lagu untuk Nasida Ria.

Baca juga: Pengakuan Mahasiswa yang Membuat Video TikTok Masjid dengan Musik Kencang

Populer berkat 'Perdamaian'

Popularitas Nasida Ria melejit berkat lagu berjudul Perdamaian di album kelima yang dirilis tahun 1980-an.

Album ini sukses di pasaran dan menjadi tonggak kepopuleran Nasida Ria.

Kesuksesan berlanjut di album-album selanjutnya yang juga banyak melahirkan lagu hit. Sebut saja Palestina, Bom Nuklir, Jilbab Putih, Ratu Dunia, Indonesiaku, hingga Kota Santri.

Rien mengatakan, kepopuleran membuat jadwal Nasida Ria padat dengan jadwal pentas di berbagai tempat dan di layar kaca.

Bahkan mereka pernah tampil di sejumlah negara seperti di Hongkong, Malaysia, dan Jerman.

Baca juga: Resmi, KPU Larang Konser Musik Saat Kampanye Pilkada 2020

"Acara banyak, acara besar semua termasuk kampanye. Diundang televisi, semakin melanglang buana ke Jerman diundang Kedutaan Jerman mewakili Indonesia. Dua kali ke Jerman, Hongkong, Malaysia," jelasnya bangga.

Hidup dari panggung ke panggung membuat Nasida Ria lebih banyak menghabiskan waktu bersama penggemar dan meninggalkan keluarga.

"Masa jaya tahun 1980 sampai 1990-an pentas bisa berkali-kali. Kita pentas di Malaysia 16 hari. Ya, pergi beribadah dan dakwah lewat seni, tidak ada masalah. Semua tahu jika memperistri orang Nasida Ria rela ditinggal-tinggal," ujar Rien.

Baca juga: Soal Revisi PKPU, Bawaslu: Tidak Ada Konser Musik, Pagelaran Seni, Itu Dihilangkan!

Bagaimana kesan pertama tampil di panggung?

"Rasanya senang bukan main. Tidak memikirkan bayaran," ungkap Rien nampak bersemangat menceritakan kisahnya ketika ditemui di rumahnya.

Pada era 1980-1990-an, Nasida Ria sangat produktif. Dalam setahun mereka mampu merilis dua album berisi 20 lagu.

Tercatat mereka sudah sudah menghasilkan sekitar 400 lagu dari 36 album.

Konsep musik yang diusung, yakni kasidah modern mendobrak kecenderungan musik kasidah yang kental nuansa Timur Tengah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com