Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Badak Sumatera, Menghindari "Teroris", Melawan Punah

Kompas.com - 11/12/2020, 15:23 WIB
Tri Purna Jaya,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

 

Amri mengatakan, belum bisa dipastikan berapa jumlah badak liar di hutan TNWK.

Namun, jumlah badak sumatera yang hidup di alam liar di TNWK ini sudah dalam angka yang memprihatinkan.

“Populasi badak sumatera saat ini terus menurun, ini sangat mengkhawatirkan,” kata Amri.

Penurunan jumlah populasi tersebut disebabkan kerusakan habitat dan perburuan liar dari pemburu gelap.

“Ini yang harus kita upayakan bersama, menjaga badak-badak ini dari perburuan liar,” kata Amri.

Amri mengatakan, pihaknya dengan para mitra rutin mengadakan patroli pemburu liar di dalam kawasan TNWK.

“Upaya lain untuk melestarikan badak ini adalah dengan penangkaran badak untuk mengembangbiakkannya,” kata Amri.

Pengembangbiakan badak sumatera ini dilakukan di Suaka Rhino Sumatera (SRS) TNWK. Ada tujuh badak di SRS, yakni tiga jantan (Andalas, Andatu, dan Harapan) serta empat betina (Ratu, Bina, Rosa, dan Delilah).

“Alhamdulillah, ada dua anak badak yang lahir dari pengembangbiakan semi alami di SRS, yakni Andatu dan Delilah,” kata Amri.

Upaya lain yang dilakukan pengelola TNWK adalah penanaman sekitar 300 batang tanaman pakan badak di Restorasi Bambangan Resort Margahayu, Seksi Wilayah II Kuala Penet, TNWK.

Tanaman pakan badak yang ditanam ini adalah Ara Daun Lebar, Medang, Laban, Pulai, Kluwih, Ketapang, dan Bendo.

“Kondisi habitatnya harus diperbaiki, menyediakan pakan alami, sebagai upaya peningkatan populasi badak,” kata Amri.

Keberadaan badak ini sendiri sangat berpengaruh terhadap ekosistem hutan.

Direktur ALeRT Arif Rubianto mengatakan, manfaat langsung yang didapatkan dari keberadaan badak adalah penyebar benih tumbuhan.

Badak menyebarkan benih tumbuhan, sehingga keseimbangan alam terjaga,” kata Arif.

Kemudian, jika masih ada badak di dalam kawasan hutan maka kawasan hutan itu memiliki nilai konservasi yang sangat tinggi.

Hal ini berpengaruh dengan geliat perekonomian, yakni bisa dimanfaatkan untuk wisata konservasi, penelitian, dan pendidikan.

“Karena badak sumatera ini tidak ditemukan di negara lain, hanya di Indonesia, di Sumatera khususnya di Lampung dan di Kalimantan,” kata Arif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com