Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Film Jamal, Kisah Tentang "Janda Malaysia" di Lombok

Kompas.com - 01/12/2020, 00:19 WIB
Fitri Rachmawati,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

 

Ia bahagia ketika melihat teaser atau potongan film dalam opening NETPAC Asian Film Festifal (JAFF) 2020 dibuka oleh gambar sebuah pohon bidara dan rumah bedek yang sangat sederhana, di bukit Gawah Sekaroh, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, NTB.

"Saya bahagia sekali film Jamal ini menjadi pembuka di teaser Jaff 2020, rasanya seperti mimpi, bahagia saya," kata Heri.

Film yang berdurasi 14 menit itu hanya satu frame atau angle pengambilan gambar dan dilakukan dengan konsep extreme long shot dengan gambar-gambar siluet.

Heri bangga filmnya masuk kembali dalam JAFF 2020 karena ada film pendek dari daerah yang bisa menjadi bagian dari 71 film pendek dari 128 film, 57 di antaranya film fitur, yang diputar pada JAFF ke-15 dan diikuti 29 negara seperti Australia, Hongkong, Kamboja, Vina, Denmark, Jerman, Hongkong, India, Iran, Jepang, Kazakhastan, alaos, Lebanon, Malaysia, Myanmar, Tibet, Norwegia dan Indoneaia.

"Ini hal yang patut kami syukuri karena tidak mudah masuk dalam JAFF, meskipun film pertama saya Sepiring Bersama masuk di JAFF 2018 silam, apalagi kami bisa memberi potret tentang daerah ini melalui film pendek Jamal," kata Heri.

Potret nasib TKI Lombok

Heri mengatakan, melalui film pendek Jamal, dia ingin menyuarakan nasib TKI dan keluarganya.

Baginya, kehidupan TKI tak asing karena di Dusun Aik Paek, Desa Pengonak, Kecamatan Praya Timur, LombokTengah, dia melihat secara nyata bagaimana para pemburu nasib di negeri seberang itu lebih memilih angkat kaki dari negeri sendiri demi kehidupan yang layak.

Baca juga: Eks TKI Alami Gangguan Jiwa, Hidup dengan 4 Anaknya yang Kurang Gizi, Popok Sampai Berulat

Dia ingin memberi gambaran yang berbeda tentang nasib para perempuan yang ditingal mengandu nasib.

Baginya, stigma Jamal selama ini kerap negatif di masyarakat, padahal mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki pilihan hidup lagi.

"Mereka itu bertahan dan merawat hidupnya, itulah Jamal yang sebenarnya, bukan Jamal yang digambarkan sebagai perempuan pengoda, mereka rela melakukan pengorbanan yang sangat besar, sanggup mengilangkan kebahagiaan bersama suaminya, demi hidup yang layak," kata Heri.

Putu Yudistira, produser film Jamal mengatakan, sangat tertarik ketika mengetahui konsep film yang ditawarkan Heri sang sineas muda ini.

Sebagai seorang staf Badan Pusat Statistik (BPS) NTB yang kerap berkutat dengan angka, termasuk jumlah orang yang angkat kaki dari tanah kelahirannya menuju negara tetangga, seperti Malaysia, Arab Saudi, Korea hingga Brunai Darussalam, Yudia tergerak untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat.

"Saya selama ini terlalu sering melihat angka-angka, termasuk tentang TKI ini, apalagi Jamal, kemudian bagaimana caranya angka-angka itu bisa muncul ke publik dengan cara berbeda, yang lebih menyentuh, saya merasa cocok dengan konsep Heri Fadli ini," kata Yudis.

Yudis menggambarkan, ribuan data yang diolah BPS selama 5 tahun terakhir cukup mengambarkan potret TKI di NTB, yang tentu tidak lepas dari masalah, termasuk kematian TKI di luar negeri.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com