Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Film Jamal, Kisah Tentang "Janda Malaysia" di Lombok

Kompas.com - 01/12/2020, 00:19 WIB
Fitri Rachmawati,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

 

Data yang dihimpun BPS terkait kematian TKI dan yang tercatat secara resmi berdasarkan data yang diterima dari BP3TKI NTB, pemulangan jenazah TKI ke NTB dari berbagai negara sebagian besar dari Malaysia, tercatat telah 9 orang yang dipulangkan tak bernyawa tahun 2020.

Angka tertinggi tahun 2019 sebanyak 73 jenazah, 2018 62 jenazah dan 51 jenazah tahun 2017 silam.

"Gambaran itu jelas bagi kita betapa berisikonya mereka yang pergi mengadu nasib ke negeri orang, apalagi mereka yang berangkat secara ilegal, tentu kematian mereka tidak tercatat secara resmi jika keluarga dan Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) tidak melapor," ujar Yudis.

Sebagai orang yang berada di lingkungan birokrasi, Yudis menyadari tidak punya ruang gerak terlalu bebas.

Namun, dengan memberi suntikan semangat pada sineas muda melalui data-data yang sebenarnya bisa diakses mudah melalui website BPS, dia yakin data mengejutkan terkait TKI jika dibahasakan lewat film pendek bisa lebih mudah diterima publik.

Dana pembuatan film pendek yang bisa tembus JAFF 2020 ini, kata Yudis, tidaklah besar, hanya Rp 10 juta.

"Semangat seluruh yang terlibatlah yang sangat mahal dan tak terhitung dengan besaran dana, mereka merasa film ini adalah napas hidup keseharian mereka, sebagai produser saya merasa ini bukan sekadar karya, tetapi lebih pada penghargaan hidup setiap orang termasuk TKI dan keluarganya," kata Yudis.

Masyarakat juga perlu tahu, bahwa penyumbang devisa terbesar di negeri ini adalah TKI, bayangkan saja di NTB remitansi tiap tahunnya lebih dari Rp 1 triliun.

Baca juga: Di Batam, 12 Calon TKI Ilegal Diselamatkan, Ditawari Kerja di Dubai dan Singapura dengan Gaji Rp 6 Juta

 

Sebagai gambaran, kata Yudis, dari data yang dihimpun BPS dari Bank Indonesia dan Kantor Pos saja, remitansi tahun 2019 sebesar Rp 1,22 triliun, 2018 Rp 1,31 triliun, 2017 Rp 1,56 triliun, 2016 Rp 1,8 triliun, dan tahun 2015 Rp 1,7 triliun.

Adopsi pertunjukan wayang sasak

Jika menonton film pendek Jamal ini dapat merasakan betapa singkatnya peristiwa yang terjadi, namun menyisakan keperihan yang mendalam.

Pilihan Heri sebagai penulis sekaligus sutradara mengunakan warna kelabu dari awal hingga film ini berakhir adalah tayangan kepedihan yang panjang dan dalam.

Film dengan 13 orang pemain ini juga tidak "cerewet" dengan dialog-dialog, namun syarat makna.

Musiknya hanya suara angin, gongongan anjing kampung dan diakhiri tiupan seruling yang dalam menusuk dada. Musik yang digarap Mantra Ardhana sangat kuat meskipun simpel.

Heri juga menjelaskan panjang lebar akan konsep film pendeknya ini, termasuk pilihan setting yang tidak biasa atau anomali bagi sebuah tawaran visual.

Dalam film ini dia menampilkan one frame seperti menonton pertunjukan wayang sasak yang hanya melihat bayang-bayang dari depan kelir atau layar.

"Karena itu warnanya flat, wayang kan hitam putih, tidak perlu ribet cara menceritakan film itu. Konsep saya adalah setiap obyek yang bergerak dalam visual adalah pengantar cerita baru. Jadi, misal menonton dalam layar kebar itu, penonton akan menunggu obyek apa yang akan bergerak lagi. Saya mengadopsi konsep wayang, single frame tapi kaya makna," terang dia.

Heri mengaku, melakukan observasi lapangan selama 4 bulan, menginap di lokasi shooting 3 hari 4 malam dan pengambilan gambar hanya memburuhkan waktu 38 menit.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com