Seiring perkembangan zaman, tenun cual mulai diminati banyak orang dan menjadi cendera mata bernilai.
Motifnya yang unik serta lembut saat dipakai, membuat masyarakat menggandrunginya.
Bangsa Belanda dan Inggris yang ketika itu mengauasai Tanah Air juga menaruh perhatian.
Tenun cual dipasarkan hingga akhirnya menyebar di negara-negara Eropa.
Baca juga: Badak Kayu Ujung Kulon yang Bertahan Diterpa Tsunami dan Pandemi
Di dalam negeri, tenun cual menyebar di Sumatera hingga ke Kalimantan.
Menurut Isnawati, tenun cual memiliki sejarah panjang.
Diperkirakan muncul sejak abad ke-17.
Akulturasi budaya
Palembang sebagai bandar dagang sejak zaman Sriwijaya memberi andil terhadap perdagangan masyarakat, termasuk tenun cual.
Secara geografis, Bangka dan Palembang dulunya merupakan satu kesatuan.
Bahkan, hingga zaman kemerdekaan tergabung dalam Provinsi Sumatera Selatan.
Barulah pada Era Reformasi, Bangka memisahkan diri menjadi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
"Akulturasi budaya melayu dan Tionghoa sangat terlihat dari tenun cual ini. Penggunaan warna merah marun begitu dominan. Kemudian banyak terdapat motif burung Hong dan naga bertarung," ujar Isnawati.
Tenun cual merujuk pada kata cual yang bermakna kain yang dicelup.