Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buah Manis Usaha Suku Bajau Jaga Hutan Bakau untuk Anak Cucu

Kompas.com - 04/10/2020, 17:17 WIB
Rosyid A Azhar ,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Menanam bakau itu tidak mudah, apalagi di lakukan di daerah yang penuh lumpur, licin dan digenangi air.

Setelah itu juga perlu dijaga agar bibit bisa tumbuh sehat, jika ada yang mati perlu dilakukan penyulaman.

Menjaga dan merawat bakau muda ini sepeti mengasuh anak, dilakukan penuh dedikasi oleh warga Bajau.

Sambil bersampan mereka membawa bibit anakan bakau untuk disulamkan mengganti bibit yang mati.

Baca juga: Tak Punya Ladang, Suku Bajau Torosiaje Berlatih Sistem Tanam Hidroponik

Perjuangan memulihkan ekosistem perairan ini tidak mudah, bahkan niat untuk merawat kawasan hutan bakau ini berhadapan dengan upaya penebangan yang dilakukan oleh orang tertentu untuk dijadikan tambak seperti di wilayah lain di daerah ini.

Tambak udang atau bandeng memang sedang bersinar di Pohuwato.

Umar Pasandre, Ketua kelompok sadar lingkungan PaddakauangKOMPAS.COM/IST Umar Pasandre, Ketua kelompok sadar lingkungan Paddakauang

Bujuk rayu yang halus hingga ancaman kekerasan fisik diterima oleh KSL Paddakauang, tapi itu tidak menyurutkan mereka untuk terus melanjutkan keinginan mereka memiliki hutan desa yang subur dan hijau.

Hutan bakau bagi masyarakat Bajau adalah pendukung sumber penghidupan mereka.

Di hutan ini ekosistem laut akan terjaga, menyediakan ruang bagi ikan dan mata rantai makanannya untuk berkembang biak.

Iming-iming uang besar sudah biasa diterima agar mereka mau membabat hutan bakau, tapi itu tidak membuat pendirian mereka berubah.

Tahun 2009-2010 adalah marak-maraknya pembabatan hutan bakau untuk dijadikan tambak.

Baca juga: Film Dokumenter The Call From the Sea Ungkap Masalah Laut dan Suku Bajau

Bahkan hutan bakau Cagar Alam Tanjung Panjang yang jelas-jelas dijaga oleh aparat negara yang tidak jauh dari Desa Torosiaje mengalami nasib tragis, lebih dari 80 persen dibabat habis.

Bagi warga kelompok KSL Paddakauang perjuangan konservasi bukan semata-mata dinilai dengan uang, yang utama adalah membangun kebersamaan antar warga Bajau bukan kepentingan jangka panjang, menjaga bakau tetap lestari dinilai lebih bermanfaat.

Akhirnya satu persatu oknum tertentu diam, tidak lagi mengumbang iming-iming.

“Tahun 2011 kami kerja sama dengan masyarakat nelayan untuk menanam bakau seluas 2 hektar, tahun berikutnya kami mengelola Kebun Bibit Rakyat (KBR) kerja sama dengan BPDASHL Bone Bolango seluas 10 hektar,” ujar Umar Pasandre.

BPDASHL merupakan kepanjangan dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com