GORONTALO, KOMPAS.com – Masyarakat tiga desa di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo konsisten melestarikan ekosistem hutan bakau seluas 124 hektar.
Mereka berasal dari Desa Torosiaje yang berada di tengah laut dan 2 desa di wilayah daratan, Torosiaje Jaya dan Bumi Bahari.
Ketiganya menyatakan diri sebagai 3 desa Torosiaje Serumpun karena berasal dari satu wilayah, mereka umumnya adalah Suku Bajau.
Sejak lama masyarakat 3 desa Torosiaje Serumpun ini meneguhkan komitmennya dalam mempertahankan ekosistem bakau di kawasan desa mereka.
Hutan ini dirawat lestari, termasuk melakukan penanaman kembali kawasan yang telah kritis.
Baca juga: Kawasan Ekowisata Hutan Bakau Muara Gembong Bekasi Resmi Dibuka
Upaya ini tidak mudah bagi warga desa, karena godaan dari berbagai pihak untuk menjadikan hutan sebagai lahan tambak tak pernah berhenti.
Apalagi, di sepanjang pesisir selatan Kabupaten Pohuwato ini sudah marak pembukaan tambak dengan mengorbankan hutan bakau.
“Kesadaran masyarakat menjadi kunci utama dalam menghadang aliran pergerakan modal dari luar kampung, kalau masuk akan menghancurkan bakau,” kata Sugeng Sutrisno, penggiat lingkungan yang mendampingi warga desa, Kamis (20/1/2018).
Keteguhan merawat hutan bakau ini membutuhkan banyak energi, termasuk strategi menghadapi derasnya bujukan untuk mengkoversi bakau menjadi tambak yang menggiurkan.
“Bakau harus dijaga untuk memastikan kondisi ekosistem menjaga produksi tangkapan nelayan warga,” kata Umar Pasandre, toko masyarakat Suku Bajau.
Salah satu upaya terbaru untuk menjaga kelestarian kawasan hutan ini adalah mengusulkannnya sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE).