Pemekaran desa Torosiaje ini melahirkan desa baru, Torosiaje Jaya yang berada di darat pada 2004.
Pada 2008 Dusun Beringin Jaya di Torosiaje Jaya ini berdiri sebagai desa tersendiri dengan nama Bumi Bahari.
Umar Pasandre menceritakan pada 1960 hingga 1970 banyak warga Bajau yang mengambil karang untuk dijadikan timbunan fondasi rumah mereka.
Bahkan ada yang mencoba membuat daratan di permukiman mereka. Pengambilan karang ini dilakukan secara masif sehingga banyak merusak gugusan karang.
Baca juga: Rayakan Lebaran Hari Ke-7, Suku Bajau Serumpun Makan Ketupat dengan Ikan
Pada 8 Oktober 2009, masyarakat Desa Bajau Serumpun secara swadaya mendirikan KSL Paddakauang.
Ini adalah awal mereka secara kolektif melirik lingkungan sebagai daya dukung sumber-sumber penghidupan nelayan.
Kebersamaan ini timbul setelah warga Bajau melihat ada ancaman dan tantangan di sekitar permukiman mereka, daya dukung sumber daya alam semakin kritis.
Banyak bakau ditebang untuk keperluan membangun rumah, bahan bakar atau dijual kepada orang lain.
Semakin menurunnya daya dukung lingkungan ini berdampak pada mata pencarian mereka, ikan semakin sulit didapat.
Baca juga: Harapan dari Jaring Apung di Halaman Rumah Suku Bajau...
Akhirnya mereka menyadari pemanfaatan sumber daya alam harus mendukung kehidupan warga Bajau hingga anak cucu, tidak hanya bakau, terumbu karang habitat ikan juga harus lestari.
“Pada tahun 2010 kami melalui program Susclam (Sustainable Coastal Livelihoods and Management) melakukan penanaman bakau seluas 5 hektar, ini awal PSL Paddakauang melaksanakan penghijauan,” tutur Umar Pasandre.
Suclam atau Tomini Bay Sustainable Coastal Livelihoods and Management merupakan program yang bertujuan untuk menguatkan pengelolaan ekosistem Teluk Tomini yang lestari dalam kerangka untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir.