Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani di Sleman Menjerit, Sawah Terendam Abu Vulkanik Diduga akibat Tambang

Kompas.com - 22/09/2020, 16:26 WIB
Wijaya Kusuma,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Air bercampur material abu vulkanik yang masuk ke area pertanian akan mengendap dan menutup bagian atas tanah.

Endapan tersebut kemudian akan mengeras jika sudah kering.

"Kalau telanjur masuk, seperti yang tanaman lombok itu dibiarkan agak kering dulu, setelah itu di keruk, dikeluarkan dari area lahan pertanian," imbuhnya.

Namun, untuk sawah yang ditanami padi hanya dibiarkan. Sebab jarak tanaman padi terhitung dekat. Ditakutkan jika dibersihkan akan justru merusak tanaman padi.

"Kalau padi ya sudah tidak bisa diapa-apakan lagi. Itu kalau dicangkul juga keras, jadi nanti setelah panen baru dibersihkan, tapi kan lama prosesnya," bebernya.

Baca juga: Dari Lereng Merapi ke Cantelan Pagar, Gerakan Berbagi Sayuran di Saat Pandemi

Akibat peristiwa tersebut, beberapa tanaman petani yang masih berusia muda perlahan-lahan mati. Sedangkan jangka panjangnya akan memengaruhi hasil panen.

"Tanaman yang kecil mati karena terendam lumpur, tapi tidak langsung mati, pakai proses. Pengaruh tanaman sekarang ini ya mungkin ada penurunan produktivitasnya," sebut Siswanto.

Dari pendataan yang dilakukan lanjutnya ada tujuh kelompok tani di Hargobinangun yang terdampak. Rata-rata dalam satu kelompok ada 15 orang hingga 20 orang.

"Khusus yang terdampak langsung itu daerah Pangeran, Purworejo, Sawungan, Sawungsari sama Jetisan. Itu kebetulan sentra horti aneka sayur kita," bebernya.

Baca juga: Mahasiswa UI Kembangkan Batu Bata Ramah Lingkungan dari Lumpur Lapindo dan Limbah Kertas

Lahan pertanian yang terdampak sebagian besar milik para petani muda di Hargobinangun. Sementara, para petani muda di Hargobinangun sedang bergeliat.

"Yang terdampak itu lebih banyak teman-teman petani usia muda, sehingga kalau ada seperti ini kan kasihan. Anak-anak muda yang mulai tertarik dengan pertanian malah menghadapi seperti ini, padahal selama ini pemerintah mengeluh petani enggak ada yang muda," urainya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com