Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani di Sleman Menjerit, Sawah Terendam Abu Vulkanik Diduga akibat Tambang

Kompas.com - 22/09/2020, 16:26 WIB
Wijaya Kusuma,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Tanaman padi di area persawahan Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tampak hijau.

Beberapa petani tampak beraktivitas di sawah untuk merawat padi mereka.

Hanya saja, tanah yang ditumbuhi padi di area persawahan mereka tampak berbeda. Tanah yang biasanya coklat, terlihat abu-abu.

Di pinggir jalan yang dekat dengan area persawahan terlihat ada tumpukan material lumpur halus abu-abu yang sudah kering.

Lumpur yang mengering tersebut merupakan endapan abu vulkanik yang terbawa air dan masuk ke saluran irigasi pertanian.

Baca juga: Semburan Air Campur Lumpur Tak Berhenti, Sumur di Bekasi Kini Ditutup

Endapan abu vulkanik yang terbawa air dan menjadi seperti lumpur tersebut sempat mengendap di saluran irigasi.

Kemudian oleh petani saluran irigasi dibersihkan karena menyebabkan pendangkalan dan membuat aliran air tidak lancar.

Lumpur yang mengendap tersebut diangkat dari dalam saluran irigasi dan dikumpulkan di pinggir jalan oleh petani.

"Blotong atau lumpur itu mamang masuk ke irigasi, lalu masuk ke lahan pertanian. Itu kan kandungan abu vulkanik, sisa dari Merapi," ujar Siswiyanto (47), Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Hargobinangun, Jumat (11/09/2020).

Peristiwa air bercampur material vulkanik halus masuk ke saluran irigasi terjadi pada awal Agustus 2020.

Setiap hari selama sepekan, air di saluran irigasi daerah Hargobinangun terlihat keruh dan kental.

"Jadi seminggu itu keruh terus, setiap hari. Warnanya kalau dulu itu seperti yang saat banjir lahar dingin itu, coklat seperti kopi susu dan kental, seperti itu," ungkapnya.

Baca juga: Petani Sayur Merapi: Daripada Busuk Sia-sia, Lebih Baik Disedekahkan

Menurutnya, air irigasi yang keruh karena bercampur material abu vulkanik tersebut jelas berdampak luar biasa bagi pertanian.

Sebab air irigasi digunakan para petani untuk kebutuhan mengairi pertanian mereka.

"Waktu itu kalau air pas keruh ya tidak dialirkan ke lahan. Cuman kan teman-teman (para petani) tidak tahu, soalnya datangnya tiba-tiba, pagi-pagi mau ke sawah airnya sudah masuk semua (ke lahan pertanian)," ucapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com