Perikanan Ikut Terdampak
Tak hanya lahan pertanian, dampak peristiwa tersebut juga dirasakan oleh para pemilik kolam ikan di wilayah Hargobinangun.
Air bercampur material abu vulkanik masuk ke dalam kolam dan mengendap, sehingga membuat pendangkalan. Selain itu, air kolam juga menjadi keruh.
Dampak tersebut dirasakan oleh pemilik kolam Suryanto (58) warga Sawungan, Hargobinangun, Pakem.
Suryanto menyampaikan memiliki kolam ikan yang diisi ikan hias jenis Koi. Ia mulai memelihara ikan Koi sejak 2015.
Hari-hari biasanya air yang mengalir ke kolam itu bersih. Namun, pada awal Agustus itu airnya keruh dan kental seperti lumpur. Ternyata air bercampur dengan abu vulkanik.
"Mengalir blotong itu sudah beberapa hari," ujarnya.
Baca juga: Lihat Langsung Dampak Tambang di Sleman, GKR Hemas: Rasane Kaya Diapusi
Air yang bercampur dengan abu vulkanik tersebut masuk ke dalam kolam, sehingga kolamnya menjadi keruh.
"Kemarin jadi ikannya mati karena malamnya itu aliran nya mati, sehingga airnya keruh, alirannya mati. Bangun pagi mau ngasih makan, kok ikannya sudah mengapung mati," sebutnya.
Suryanto mengungkapkan ikan koi miliknya yang mati berjumlah delapan. Usianya bahkan ada yang lima tahun.
"Yang mati delapan. Usianya ada yang lima tahun, ada yang sekitar tiga bulan, lima bulan. Kalau yang gurame dan patin, lebih kuat, masih bisa bertahan," tuturnya.
Menurutnya, jika kejadian aliran air mati pada pagi atau siang hari, masih bisa diisi dengan air sumur untuk menyelamatkan ikan.
Namun karena malam hari, Suryanto mengaku tidak bisa berbuat apa-apa.
"Karena ketahuanya pagi sudah mati ya hanya bisa pasrah saja. Tapi kalau tahu ya saya ganti airnya dari sumur, tapi kan airnya malam matinya, jadi tidak tahu," tegasnya.
Suryanto mengungkapkan masih belum punya rencana untuk mengisi kolamnya lagi. Sebab dia khawatir, peristiwa serupa akan terulang kembali.