Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Lereng Merapi ke Cantelan Pagar, Gerakan Berbagi Sayuran di Saat Pandemi

Kompas.com - 21/08/2020, 07:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Pada masa pandemi ini, seorang pria berinisiatif membagi-bagikan paket sayuran kepada orang-orang yang membutuhkan di Yogyakarta sejak awal April lalu.

Bantuan swadaya yang melibatkan petani dan kalangan lainnya ini menginspirasi banyak orang sehingga gerakan bernama Sejangkauan Tangan tersebut kemudian menular ke sejumlah daerah di luar Yogyakarta.

Pagi itu persimpangan Kampung Kutu Wates, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, terlihat berbeda dari biasanya.

Baca juga: Cerita Guru Honorer di NTT Jual Sayur dan Ternak Babi demi Penghasilan Tambahan

Pagar besi sebuah kedai kopi yang berada di pojok jalan, penuh dengan cantelan kantong plastik berisi sayuran. Sejumlah warga yang melawatinya pun tak sungkan-sungkan mengambil.

"Di masa pandemi ini, banyak yang menganggur. Mau masak tidak ada [bahan makanan]. Eh kok ada yang menggantungkan bungkusan sayur. Saya ambil sawi dan tomat, jadi sekarang saya bisa masak," kata Musidah, seorang warga setempat, Jumat (24/7/2020).

Adalah Arief Winarko, orang yang menggantungkan plastik berisi sayur-mayur itu. Pria berusia 39 tahun itu melakukan aktivitas tersebut sejak awal April.

Baca juga: Program Cantelan, Inisiatif Warga Bandung untuk Bantu Nutrisi Ibu Hamil Saat Pandemi

Awalnya gerakan berbagi itu dia lakukan bersama keluarga dan teman dekatnya. Sekarang, gerakan berbagi sayuran yang bernama Sejangkauan Tangan, telah melebar ke sejumlah daerah bahkan sampai ke luar DIY.

"Di luar DIY ada di Samarinda dan sejumlah daerah di Jawa Barat," ujar Wiwin kepada wartawan BBC News Indonesia.

Bermula dari keresahan Arief yang melihat banyaknya masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19. Dia teringat, pada masa awal-awal pandemi, sejumlah kampung di DIY ditutup untuk menghindari pesebaran virus Covid-19 termasuk di kampungnya.

Baca juga: Pemkot Yogyakarta Terjunkan 350 Personil Amankan Libur Panjang saat Pandemi Covid-19

Gerakan berbagi sayuran yang bernama Sejangkauan Tangan telah melebar ke sejumlah daerah bahkan sampai ke luar DIY.Furqon Himawan Gerakan berbagi sayuran yang bernama Sejangkauan Tangan telah melebar ke sejumlah daerah bahkan sampai ke luar DIY.
Saat itu tak sedikit warga yang kehilangan pekerjaan sehingga mengalami kesulitan untuk mencukupi keperluan rumah tangga.

Melalui hasil penjualan kedai kopinya, Arief memulai gerakan berbagi untuk sesama. Dia ingin memberikan sesuatu kepada warga dengan apa yang dia miliki, tapi bantuannya harus tepat sasaran saat pandemi. Lalu terpikirlah untuk membagikan sayur-mayur.

"Banyak mengandung gizi dan vitamin," katanya.

Arief memilih membagikan sayur karena kandungan gizi dan vitamin pada sayuran dapat menjaga kesehatan selama pandemi, terlebih untuk anak-anak.

Selain banyak kandungan gizi, sayuran harganya terjangkau sehingga Arief yang juga mengalami dampak pandemi masih bisa membeli untuk berbagi.

Baca juga: Selama Pandemi, Ini Kebutuhan Industri Makanan dan Minuman

"Bergizi, murah, dan mudah," katanya.

Mulailah Wiwin mencari tempat untuk membeli sayur dengan harga terjangkau. Saat itu banyak pasar yang tutup.

Ia lalu teringat pada kelompok petani di Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Daerah itu adalah salah satu penghasil sayur di Jawa Tengah.

Baca juga: Perceraian di Tangsel Naik 5 Persen, Diduga karena Terdampak Pandemi Covid-19

Dari lereng Merapi ke cantelan pagar

Arief Winarko (39) memulai gerakan berbagi sayuran yang bernama Sejangkauan Tangan. Gerakan itu telah melebar ke sejumlah daerah bahkan sampai ke luar DIY.Furqon Himawan Arief Winarko (39) memulai gerakan berbagi sayuran yang bernama Sejangkauan Tangan. Gerakan itu telah melebar ke sejumlah daerah bahkan sampai ke luar DIY.
Awal April, tepatnya pada Sabtu (9/4/2020) malam sekitar pukul 08.00, sayur pesanan Arief dari desa yang terletak di lereng Gunung Merapi, datang.

Namun dia harus mengambilnya ke luar kampung karena akses jalan masuk ke kampungnya ditutup.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com