Hal serupa disampaikan Dani Ramdani (40), petani tomat di Pangalengan, Kabupaten Bandung. Ia menilai fintech bisa dijadikan alternatif pembiayaan.
“Kelompok tani saya bekerja sama dalam budi daya tomat, lemon, dan cabai rawit. Untuk tomat, kontraknya 8 bulan,” tutur Dani.
Saat ini, ia menggarap 25.000 pohon tomat yang ditargetkan mendapat 10,5 ton atau 1,6 kg tomat grade A per pohon dengan harga Rp 4.000 per kg atau sesuai HPP.
“Biasanya satu pohon dapat 2 kg. Jadi nanti sisa panennya, diserahkan kepada petani. Petani juga dibebaskan menanam tumpang sari. Hasilnya menjadi milik petani,” kata Dani.
Dani melihat, selain petani, investor juga diuntungkan. Sebab sejak awal investor mendapat 1,5 persen per bulan dari nilai RAB.
Misal, nilai RAB tomat Rp 120 juta untuk 8 bulan. Jadi, TF sudah memotong 1,5 persen per bulan untuk investor.
“Nanti pencairannya tidak sekaligus. Ada laporan pengeluaran dan pengajuan. Asal kita tahu jadwal, maka uang akan cair tepat waktu,” imbuhnya.
Baca juga: Petani Ngawi Gelar Sayembara Berburu Tikus, 1 Ekor Dihargai Rp 2.000