“Saat ini masih terus dilakukan pendataan karena beberapa kecamatan belum bisa didata, sehingga sekali lagi ini masih data sementara dan masih bisa bertambah lagi,” kata Ali.
Ali menambahkab, pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan telah menetapkan tanggap darurat bencana selama tujuh hari.
Baca juga: Khawatir Tsunami Pasca-gempa Maluku, Warga Mengungsi ke Pegunungan
Sejauh ini masih ada 1.104 pengungsi yang tersebar di Kota Labuha, dan ribuan lainnya tersebar di sejumlah kecamatan di Halmahera Selatan.
Muhamad Azis, salah satu warga Labuha mengatakan, getaran gempa sangat kuat dirasakan hingga membuat warga berhamburan dari rumah-rumah mereka dan lari ke tempat yang dianggap aman.
“Getarannya sangat kuat sekali, mungkin sekitar 5-7 detik,” kata Azis kepada Kompas.com saat dihubungi dari Ambon, Minggu malam.
Azis mengaku, saat ini ia dan keluarga bersama warga lainnya memilih mengungsi di Masjid Raya Halmahera Selatan karena takut gempa susulan masih terus terjadi.
Baca juga: Warga Labuha di Maluku Masih Mengungsi Pasca-gempa Magnitudo 7,2
Korban tewas gempa Maluku bertambah satu orang atas nama Aspar Mukmat (20), warga Desa Gane Dalam, Kecamatan Gane Timur Selatan. Aspar tewas tertimpa bangunan rumahnya yang roboh, Minggu (14/7/2019).
“Ada tiga orang meninggal dunia. Semuanya meninggal karena terimpa bangunan ambruk saat menyelamatkan diri,” kata Ali Yau, Senin (15/7/2019).
Sebelumnya, dilaporkan ada dua warga yang tewas disebabkan gempa yaitu Aisyah (51) (sebelumnya ditulis Aina), warga Desa Ranga-Ranga, Kecamatan Gane Barat, dan Segaf Girato, warga Desa Yomen Kecamatan Joronga.
Selain korban meninggal dunia, dari informasi yang diterima beberapa warga di Halmahera Selatan juga mengalami luka-luka baik ringan maupun patah tulang akibat tertimpa bangunan.
Selain itu seorang bayi juga dilaporkan terluka akibat gempa tersebut.
Baca juga: Korban Tewas Gempa Maluku Bertambah
Seorang warga di Kelurahan Sasa, Kota Ternate, Maluku Utara inisial RM (35) diamankan aparat kepolisian Polsek Ternate Selatan.