Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Baru Gempa Magnitudo 7,2 di Maluku Utara, 3 Orang Tewas hingga 971 Bangunan Rusak

Kompas.com - 16/07/2019, 15:44 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Pada hari Minggu (14/7/2019), gempa bermagnitudo 7,2 mengguncang Maluku Utara.

Kepala BMKG Ternate Kustoro Heriyatmoko menjelaskan, gempa itu itu terjadi akibat aktivitas sesar Sorong-Bacan, saat dikonfirmasi Kompas.com.

Sementara itu, kuatnya getaran gempa membuat warga lari berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Halmahera Selatan, ada 971 rumah dan bangunan mengalami kerusakan. Data tersebut terpantau hingga Senin (15/7/2109) pukul 20.45.

Sementara itu, setidaknya ada tiga warga meninggal dunia da ribuan warga mengungsi pasca-gempa.

Berikut ini fakta lengkapnya:

1. Data terbaru kerusakan gempa magnitudo 7,2 di Malut

Petugas BMKG memantau perkembangan gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo 7,2 yang mengguncang wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, di kantor Stasiun Geofisika Kelas I Karang Panjang, Ambon, Maluku, Minggu (14/7/2019). Gempa bumi tektonik tersebut terjadi pukul 18.10.51 WIT. Hasil analisis BMKG menunjukkan episenter gempa bumi berlokasi di darat pada jarak 63 km arah timur Kota Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara pada kedalaman 10 km.ANTARA FOTO/IZAAC MULYAWAN Petugas BMKG memantau perkembangan gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo 7,2 yang mengguncang wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, di kantor Stasiun Geofisika Kelas I Karang Panjang, Ambon, Maluku, Minggu (14/7/2019). Gempa bumi tektonik tersebut terjadi pukul 18.10.51 WIT. Hasil analisis BMKG menunjukkan episenter gempa bumi berlokasi di darat pada jarak 63 km arah timur Kota Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara pada kedalaman 10 km.

Hingga hari Senin, pukul 20.45 WIB, tercatat ada sebanyak 971 bangunan mengalami kerusakan.

“Sampai saat ini data yang kami terima itu jumlah rumah yang rusak mencapai 971 unit,” kata Sekretaris BPBD Maluku Utara Ali Yau saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin malam.

Ratusan rumah warga yang terdampak gempa tersebut seluruhnya mengalami kerusakan parah.

Kerusakan terparah terjadi di Desa Gane Luar, dimana ada 380 rumah warga yang rusak berat, kemudian di Desa Ranga-Ranga 300 rumah, Desa Lemo 131 rumah dan Desa Tomara 90 rumah.

Selain itu tercatat ada enam gedung sekolah dan tiga rumah ibadah yang rusak parah. Selain itu ada juga fasilitas kesehatan berupa satu unit poliklinik desa dan Bank Bumdesa.

Di Desa Ranga-Ranga, ada dua sekolah dan satu gereja yang rusak parah. Sementara di Desa Gane Luar ada satu masjid dan tiga sekolah yang rusak parah.
Lalu, satu gedung sekolah dan poliklinik desa di Desa Lemo-Lemo juga rusak parah.

Baca juga: Ini Data Terbaru Jumlah Bangunan Terdampak Gempa Maluku Utara

2. Fasilitas pelabuhan dan sejumlah jembatan rusak

Dinding rumah dinas Polsek Labuha, Halmahera Selatan, Maluku Utara, yang ambruk karena gempa, Minggu (14/7/2019). Informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terjadi gempa bumi magnitudo (M) 7,2 pukul 16.10 di 62 kilometer sebelah timur laut Labuha, Maluku Utara.ANTARA FOTO/BNPB Dinding rumah dinas Polsek Labuha, Halmahera Selatan, Maluku Utara, yang ambruk karena gempa, Minggu (14/7/2019). Informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terjadi gempa bumi magnitudo (M) 7,2 pukul 16.10 di 62 kilometer sebelah timur laut Labuha, Maluku Utara.

Gempa juga ikut merusak dua jembatan dan fasilitas pelabuhan di Halmahera Selatan. Petugas juga masih melakukan pendataan terkait dampak gempa di Maluku Utara.

“Saat ini masih terus dilakukan pendataan karena beberapa kecamatan belum bisa didata, sehingga sekali lagi ini masih data sementara dan masih bisa bertambah lagi,” kata Ali.

Ali menambahkab, pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan telah menetapkan tanggap darurat bencana selama tujuh hari.

Baca juga: Khawatir Tsunami Pasca-gempa Maluku, Warga Mengungsi ke Pegunungan

3. Jumlah pengungsi mencapai sekitar 1.104 orang

Warga tidur di luar rumah pascagempa di Desa Tokaka, Gene Barat Utara, Halmahera Selatan, Maluku Utara, Minggu (14/7/2019). Warga tidur di luar rumah pascagempa bumi dengan magnitudo (M) 7,2 pukul 16.10 di 62 kilometer sebelah timur laut Labuha, Maluku Utara.ANTARA FOTO/SAFRI Warga tidur di luar rumah pascagempa di Desa Tokaka, Gene Barat Utara, Halmahera Selatan, Maluku Utara, Minggu (14/7/2019). Warga tidur di luar rumah pascagempa bumi dengan magnitudo (M) 7,2 pukul 16.10 di 62 kilometer sebelah timur laut Labuha, Maluku Utara.

Sejauh ini masih ada 1.104 pengungsi yang tersebar di Kota Labuha, dan ribuan lainnya tersebar di sejumlah kecamatan di Halmahera Selatan.

Muhamad Azis, salah satu warga Labuha mengatakan, getaran gempa sangat kuat dirasakan hingga membuat warga berhamburan dari rumah-rumah mereka dan lari ke tempat yang dianggap aman.

“Getarannya sangat kuat sekali, mungkin sekitar 5-7 detik,” kata Azis kepada Kompas.com saat dihubungi dari Ambon, Minggu malam.

Azis mengaku, saat ini ia dan keluarga bersama warga lainnya memilih mengungsi di Masjid Raya Halmahera Selatan karena takut gempa susulan masih terus terjadi.

Baca juga: Warga Labuha di Maluku Masih Mengungsi Pasca-gempa Magnitudo 7,2

4. Korban tewas 3 orang karena tertimpa bangunan

Ilustrasi jenazah. Ilustrasi jenazah.

Korban tewas gempa Maluku bertambah satu orang atas nama Aspar Mukmat (20), warga Desa Gane Dalam, Kecamatan Gane Timur Selatan. Aspar tewas tertimpa bangunan rumahnya yang roboh, Minggu (14/7/2019).

“Ada tiga orang meninggal dunia. Semuanya meninggal karena terimpa bangunan ambruk saat menyelamatkan diri,” kata Ali Yau, Senin (15/7/2019).

Sebelumnya, dilaporkan ada dua warga yang tewas disebabkan gempa yaitu Aisyah (51) (sebelumnya ditulis Aina), warga Desa Ranga-Ranga, Kecamatan Gane Barat, dan Segaf Girato, warga Desa Yomen Kecamatan Joronga.

Selain korban meninggal dunia, dari informasi yang diterima beberapa warga di Halmahera Selatan juga mengalami luka-luka baik ringan maupun patah tulang akibat tertimpa bangunan.

Selain itu seorang bayi juga dilaporkan terluka akibat gempa tersebut.

Baca juga: Korban Tewas Gempa Maluku Bertambah

5. Penyebar hoaks dihajar massa

Ilustrasi penganiayaanKompas.com/ERICSSEN Ilustrasi penganiayaan

Seorang warga di Kelurahan Sasa, Kota Ternate, Maluku Utara inisial RM (35) diamankan aparat kepolisian Polsek Ternate Selatan.

RM diamankan setelah dihakimi massa karena diduga menyebarkan isu hoaks adanya gelombang tsunami pasca-gempa bumi magnitudo 7,2 yang mengguncang Kabupaten Halmahera Selatan, Minggu (14/7/2019).

“RM saat ini kita amankan di Polres Ternate untuk proses lebih lanjut,” kata Kasat Reskrim Polres Ternate, AKP Riki Arinanda saat ditemui Kompas.com di Mapolres Ternate, Senin (15/7/2019).

Berdasar keterangan RM kepada polisi, beberapa saat pasca-gempa bumi yang dirasakan di Kota Ternate itu, RM langsung keluar dengan sepeda motor.
Setibanya di sebuah pangkalan ojek, ia lalu menyampaikan kepada warga yang ada di pangkalan air laut naik.

“Dia inisiatif sampaikan itu karena dia juga ingin cari keluarganya dan juga setelah menyampaikan bahwa air naik, RM kemudian naik ke bukit,” kata Riki.

Akibat perkataan RM, banyak warga termakan isu sehingga ikut mengungsi ke daerah ketinggian.

Atas beredarnya itu itu, polisi kemudian menyampaikan informasi sebenarnya bahwa tidak ada tsunami.

Baca juga: Diduga Sebar Hoaks Tsunami Pasca-gempa Maluku, Seorang Pria Diamuk Massa

Sumber: KOMPAS.com (Fatimah Yamin, Rahmat Rahman Patty)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com