Perasaan takut bercampur sedih bercampur aduk. Takut karena air tambah tinggi dan menyeretnya dan anaknya yang sudah berada di atas bukit.
Lalu, sedih karena tempat usaha yang dirintisnya sejak 2000 itu hancur seketika oleh air bandang itu.
"Saya melihat air hitam deras yang disertai kayu-kayu besar menghantam tempat usaha saya," kata Kayo sambil menitikkan air mata.
Sebelum air menghantam tempat usahanya terdengar suara gemuruh air bercampur dengan suara beradunya batu-batu.
"Tak ada yang tersisa, kecuali motor yang saya selamatkan. Televisi, lemari yang berisikan uang sekitar Rp 25 juta hanyut dibawa air," kata Kayo.
Baca juga: Gemuruh Banjir Bandang Sumbar yang Menghanyutkan Rumah hingga Sekolah
Setelah air besar itu susut, kata Kayo, giliran badan jalan yang ambruk sehingga membuat dirinya tambah takut.
"Sekitar setengah jam dari air besar itu, giliran jalan yang ambruk. Berbunyi cukup keras. Saya takut nanti menjalar hingga ke tempat saya berdiri di atas bukit," kata ayah dua anak itu.
Menurut Kayo, setelah kejadian dirinya tidak bisa mengapa-apa. Tetap berada di atas bukit di depan tempat usahanya itu.
"Mau lari kemana? Kalau ke bawah air masih tinggi. Di bawah lokasinya memang lebih rendah. Kalau ke atas, jalan terban. Jadi ya terkepung di atas bukit saja," jelas Kayo.
Setelah air susut, Kayo kemudian baru turun dari atas bukit dan memeriksa tempat usahanya.
"Memang tidak ada yang tersisa. Semuanya hanyut. Tempat pemandian saya tidak ada lagi," kata Kayo.
Kayo mengaku tempat pemandiannya itu dibuat tahun 2000. Saat itu masih kecil.
Namun dengan menabung dari hasil usahanya itu, Kayo kemudian secara bertahap mengembangkannya.
"Kalau saya total ada sekitar Rp 2 miliar modal saya membuat pemandian itu dari 24 tahun lalu hingga sekarang," ujar Kayo.
Baca juga: Bencana Banjir Lahar Sumbar, 14 Korban Belum Ditemukan
Kayo mengaku sejak satu tahun terakhir, pemasukan dari pemandiannya itu mencapai Rp 25 juta perbulan.
"Hasil itu belum termasuk dengan retribusi ke pemerintahan nagari atau desa," kata Kayo.
Menurut Kayo, sekarang dirinya tak lagi punya apa-apa karena habis dihanyutkan banjir bandang.
"Tabungan tak ada karena sudah habis untuk mengembangkan usaha. Baju semuanya hanyut. Sekarang saya berharap bantuan," kata pria berbadan gemuk itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.