KOMPAS.com - Martis, warga Nagari Koto Tuo, Kecamatan IV Koto, Agam, Sumatera Barat kehilangan kedai harian semi permanennya dan mobil saat banjir lahar dingin Gunung Marapi yang terjadi pada Sabtu (11/5/2024) malam.
Kedai milik Martis beserta isinya hanyut bahkan tak terlihat lagi puing materinya. Untuk mobil milik Martis rusak karena terkena batu besar yang terbawa banjir.
Sementara rumah miliknya masih berdiri meski kaca-kacanya pecah dan di dalamnya dipenuhi lumpur.
Yang tersisa kini adalah pakaian di badan. Untuk stok makanan, Martis mengaku hampir habis.
Baca juga: Dugaan Krisis Lingkungan di Balik Banjir Bandang dan Lahar di Sumbar yang Tewaskan 47 Orang
Pada Senin (13/5/2024) pagi, ia mengelilingi rumahnya dan rumah warga lain, untuk memastikan puing-puing kedai semi permanen miliknya yang terbawa air.
"Entahlah, puing bangunannya saja tidak ketemu lagi," ujar dia saat melihat lokasi sekitar tempat kira-kira bangunan warungnya tersangkut.
Ia bercerita, sejak dialihkannya hulu sungai yang biasanya mengaliri nagari Koto Tuo beberapa waktu terakhir, volume air sungai menurun drastis.
Warga hanya mendapat informasi bahwa air dialihkan oleh masyarakat hulu ke Pakan Sanayan.
Akibat pengalihan air ini, sejumlah material kayu, batu dan sampah dari Gunung Singgalang tidak mengalir lagi.
Sehingga saat material sudah terlalu banyak tersangkut dan debit air makin tinggi di hulu, banjir besar datang.
"Ini bukan kiriman dari lahar dingin, tapi galodo. Bisa jadi dari Talago Dewi Gunung Singgalang," ujar dia.
Baca juga: BNPB Minta Warga Sumbar Melapor Jika Anggota Keluarga Hilang 3 Hari Terakhir
Banjir besar ini, terjadi pada Sabtu (11/5/1024) malam sekitar pukul 22.15 WIB. Saat itu terdengar suara bebatuan di sekitar sungai di Koto Tuo.
Lalu potongan pohon serta batu terbawa air sungai dengan debit yang banyak serta keruh.
"Airnya sangat besar, sehingga meluas kemana-mana," ujar dia.
Air yang meluas dengan batu hampir sebesar mobil dan motor menerobos dinding-dinding rumah warga.