Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rantai "Teputus-putus" di Penyelundupan Pengungsi Rohingya di Aceh

Kompas.com - 07/04/2024, 07:37 WIB
Rachmawati

Editor

“Ketika kita tanya kepada pengungsi, mereka hanya bilang ini tekong (pemilik kapal) boat yang menerima uang. Jadi yang ditetapkan [tersangka] kemarin orang Rohingya dan Bangladesh itu hanya tekong dan pengumpul orang yang di sana, yang di Cox Bazaar,” jelas Nasruddin.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Pol. Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) merupakan tindak pidana lintas negara.

Baca juga: 10 Jenazah Diduga Pengungsi Rohingya yang Tenggelam di Aceh Ditemukan

Oleh karena itu, ia mengatakan Divisi Hubungan Internasional Kepolisian Negara Republik Indonesia (Divhubinter Polri) terus berkoordinasi dengan Bareskrim dalam menangani tindak pidana tersebut.

“Karena ini transnational crime yang lintas negara, tentu membutuhkan langkah-langkah yang komprehensif antarnegara. Walaupun secara nasional, Polri dengan negara sudah membentuk direktorat khusus,” ujar Trunoyudo.

"Mereka terpaksa karena tak ada pilihan lain"

Juru bicara UNHCR Indonesia, Mitra Salima Suryono, menjelaskan bahwa pengungsi terpaksa meninggalkan Myanmar karena konflik yang berkecamuk di negara itu. Sehingga, kerap mereka tidak mengantongi dokumen resmi yang dibutuhkan untuk keluar dari negara.

“Mereka terpaksa menggunakan jalur-jalur yang menggunakan penyelundupan, karena mereka enggak punya dokumen travel yang legal yang bisa memungkinkan mereka travel lewat airport atau cara-cara yang sah lainnya,” kata Mitra.

Meski begitu, ia mengatakan bahwa UNHCR memiliki komitmen untuk memberantas jaringan penyelundup manusia dengan berkoordinasi dengan pihak otoritas terkait.

Sebab, jaringan penyelundup alias smuggling ring itu memanfaatkan keadaan pengungsi yang tidak memiliki pilihan lain untuk meraup keuntungan lebih.

Baca juga: Tim SAR Temukan Jenazah di Perairan Aceh, Diduga Pengungsi Rohingya

“Dari sisi pengungsinya, mereka banyak yang diperas. Uang mereka tidak punya banyak, hanya sedikit, diminta semuanya. Dan kalau misalnya tidak diberikan, mereka bisa menggunakan ancaman,” ujarnya.

Mitra mengatakan jaringan penyelundupan memiliki risiko besar membahayakan jiwa pengungsi, baik dari sisi eksploitasi maupun keamanan yang tidak selalu terjamin.

Kecelakaan kapal di perairan Meulaboh, yang diperkirakan menewaskan lebih dari 70 pengungsi dari 151 orang Rohingya yang berada di kapal tersebut, menjadi peringatan keras akan hal itu.

“Jadi sebenarnya bahayanya banyak sekali, tapi bahwa mereka sudah mengetahui bahayanya [namun] tetap memutuskan untuk berangkat. Itu artinya mereka sungguh terpaksa. Karena tidak mempunyai pilihan lain,” ungkap Mitra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Regional
Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Regional
Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Regional
Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Regional
Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Regional
Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Regional
Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Regional
Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Regional
Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Regional
Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Regional
Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Regional
Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Regional
Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Regional
Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com