Kini, kawasan itu bukan lagi hutan belantara. Sejak SMI beroperasi, IMIP terus berkembang dan meraksasa sedemikian rupa. Keajaiban-keajaiban perkembangan kawasan terus berjalan hingga saat ini seolah tanpa henti.
IMIP telah memiliki dua pelabuhan laut dengan kapasitas sampai dengan 150 juta ton per tahun.
IMIP juga memiliki bandara khusus dengan landasan pacu sepanjang 1.890 meter dan sedang mengurus perpanjangan izin perpanjangan landasan pacu sampai dengan 2.250 meter. Ada pesawat IMIP yang terbang langsung dari Bandara Halim Perdanakusuma.
Daerah tanpa listrik itu kini memiliki pembangkit listrik sebesar 5.319 MW. Satu pembangkit lagi sebesar 1.520 MW sedang dalam proses pembangunan. Sebagian produksi listrik IMIP dijual ke PLN untuk disalurkan ke sejumlah wilayah di Morowali.
Ke depan, IMIP sedang merencanakan pembangunan sumber listrik panel surya yang ramah lingkungan.
Selain itu, untuk mengembangkan industri hijau, IMIP juga sedang melakukan uji coba dump truck listrik. Ke depan, dump truck berbasis bahan bakar fosil yang beroperasi saat ini akan diganti dengan dump truck listrik.
Di kawasan itu, IMIP juga memiliki fasilitas akomodasi dengan kapasitas 16.000 orang dan poliklinik yang dapat melayani 20.000 orang per bulan.
Pembangunan belum berhenti di sana. Saat Kompas.com berkeliling kawasan, tampak tiang-tiang pancang tertanam berserakan di kawasan ini menandakan proses pembangunan pabrik dan gedung yang masih terus berlangsung.
Suara dentuman paku bumi bertalu-talu di sejumlah tempat. Tumpukan tanah menggunung di areal penggalian fondasi.
“Di sini itu kayak sulap. Kalau kita cuti seminggu saja terus ke sini lagi, ada saja yang berubah. Tadinya di sana enggak ada apa-apa, eh pas masuk lagi sudah berubah,” kata Head of Media Relation PT IMIP Dedy Kurniawan.
Cerita yang sama juga dituturkan Senior Manager General Affair and Protocol Joko Suprapto. Ia mengaku setiap hari harus keliling kawasan untuk meng-update perkembangan kawasan.
“Kalau saya tidak datang satu hari aja, saya sudah pangling sama tempatnya. Cepat sekali pertumbuhannya,” tutur Joko.
Kawasan itu beroperasi selama 24 jam. Ratusan dump truck dan truk peti kemas hilir mudik tanpa henti. Gemuruh mesin-mesin pengolah logam terdengar sepanjang waktu.
“Kami beroperasi 24 jam tanpa henti selama 365 hari. Industri logam itu tidak bisa berhenti beroperasi. Logam itu kan dibentuk saat dia panas membara. Kalau mesinnya berhenti butuh waktu lagi untuk menyalakan mesin dan itu butuh waktu lama. Cost membengkak. Tidak mungkin. Di seluruh dunia industri logam itu bekerja non-stop 24 jam sehari sepanjang waktu sepanjang tahun,” jelas Hamid.
Baca juga: RI Diperkirakan Jadi Pemain Utama dalam Pasokan Nikel Global
Ia mengaku tidak pernah membayangkan apalagi bermimpi kawasan yang dikelolanya menjadi sebesar ini.
“Saya tidak pernah bermimpi IMIP jadi sebesar ini. Saya juga kaget sendiri. Pada akhir tahun 2005 saat saya masuk ke sini, saya hanya melihat potensi dan hanya berpikir mengembangkan potensi itu,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.