IMIP dikembangkan oleh PT Bintang Delapan Mining (BDM) yang dikomandani putra Indonesia, kakak beradik Halim Mina dan Hamid Mina bekerja sama dengan Tsingshan Group, perusahaan swasta China yang bergerak di industri baja tahan karat dan nikel.
Tsingshan merupakan perusahaan terbesar di dunia di bidang pengolahan nikel.
Mulanya, BDM masuk ke wilayah Bahodopi di akhir 2005 hanya untuk mengeksplorasi nikel karena melihat potensi nikel di wilayah itu. Indonesia merupakan negara dengan sumber daya nikel terbesar di dunia.
Cadangan nikel Indonesia sebagian besar terletak di kawasan Sulawesi dan Maluku, khususnya Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Totalnya mencapai 90 persen dari total cadangan nikel Indonesia.
Baca juga: Potensi Cadangan Nikel di Indonesia Masih Besar, 1,2 Juta Lahan Belum Digarap
Pada 2005 tidak banyak perusahaan yang terjun menambang nikel. Umumnya, perusahaan tambang mengolah batu bara dan banyak beroperasi di Kalimantan.
Dikutip dari majalah Klaster, media internal IMIP, Head Department Land Planning and Infrastructure Danang Haris Wijaya menyebut, saat itu hanya orang gila yang mau masuk ke wilayah ini.
Pasalnya, wilayah itu masih berupa hutan belantara. Tidak ada jalan akses provinsi. Yang ada adalah jalan tanah yang becek saat hujan.
Belum ada listrik apalagi sinyal telepon seluler. Butuh waktu 20 jam perjalanan darat dari Makassar, kota besar terdekat. Belum ada bandara. Bandara Morowali di Desa Umbele, sekitar 2 jam perjalanan dari Bahodopi, baru dibangun pada 2007.
Hamid Mina sendiri yang memimpin tim untuk memulai eksplorasi. Tim Hamid menyewa rumah bedeng milik warga.
BDM membangun sendiri akses jalan menembus kawasan hutan. BDM juga membangun jaringan listrik ke sejumlah desa di masa-masa awal itu.
BDM adalah perusahaan pertambangan pertama yang mengawali eksplorasi di sana. Mereka harus “babat alas” dari nol.
Membangun semua infrastruktur sendiri. Di masa-masa awal itu, sulit sekali mencari pekerja.
Siapa yang mau bekerja di tempat terpencil yang tidak memiliki infrastruktur layak untuk hidup?
“Yang mau ke Morowali hampir tidak ada. Yang mau ke Morowali waktu itu hanya orang yang dalam tanda kutip gila,” kata Danang.
Baca juga: Nikel Sulteng dan Maluku Terbesar di Dunia, RI Belum Bisa Produksi Sendiri
PT BDM mulai beroperasi resmi pada 2006. Selama 4 tahun BDM hanya melakukan investasi untuk membangun infrastruktur, termasuk membangun pelabuhan bongkar muat sederhana untuk sandar kapal.
Ekspor perdana ore nikel (bahan mentah nikel) baru terjadi pada 10 Januari 2010. Jumlah karyawan BDM saat itu hanya 35 orang.
Danang mengaku tidak habis pikir akan keyakinan Halim dan Hamid bahwa usaha mereka di tempat terpencil itu akan membuahkan hasil.
“Empat tahun loh dia mengeluarkan duit tanpa ada pemasukan sama sekali. Langka orang seperti itu. Orang dagang saja sebulan enggak ada cuan, dia pasti sudah banting setir,” tutur Danang.