Kedua adalah ruang tamu yang bersifat publik atau semi publik, yaitu ruang antara (pacira), ruang tamu (panampik kecil), ruang tamu tengah (panampak tengah), dan ruang tamu utama (panampik besar).
Ketiga adalah ruang hingga atau hunian yang merupakan area sangat pribadi yang terdiri dari tiga ruang, yaitu ruang keluarga (paledangan), ruang tidur orang tua (anjung dan anjung jurai), dan ruang tidur anak (karawat dan katil).
Baca juga: 2 Rumah Adat Maluku Utara: Bentuk, Fungsi, dan Makna Filosofi
Keempat adalah ruang pelayanan yang terbagi menjadi empat, yaitu ruang saji dan ruang makan (penampik dalam atau panampik padu), maupun ruang dapur (padapuran atau padu)
Ruang pelayanan lainnya adalah ruang dapur (padapuran atau padu), ruang penyimpanan (jorong dan ruang teras belakang).
Empat ruang pelayanan tersebut dipisahkan oleh dinding yang disebut tawing.
Pola organisasi ruang Rumah Bubungan Tinggi berdasarkan ruang tersusun membentuk pola memanjang linear dari depan hingga ke belakang.
Pola tersebut menunjukkan semakin ke tengah akan semakin bersifat pribadi.
Bagian khas Rumah Bubungan Tinggi adalah atapnya yang menjulang tinggi dengan keiringan 45 derajat.
Atap atau hatap dalam bahasa Banjar dimaksudkan untuk mempercepat jatuhnya air dari bagian tengah bangunan.
Rumah Adat Gajah Baliku berdiri setelah rumah Bubungan Tinggi.
Letak Rumah Adat Gajah Baliku disebelah timur Rumah Bubungan Tinggi yang berjarak sekitar 30 meter.
Rumah Adat Gajah Baliku diperkirakan dibangun 20 tahun setelah Rumah Bubungan Tinggi.
Rumah tersebut pernah digunakan oleg perjuang kemerdekaan atau TKR sebagai markas dan tempat latihan.
Tidak berapa lama setelah masa perjuangan berakhir, rumah tersebut mulai ditinggalkan penghuninya.