Prigi menyebut, kandungan partikel yang ditemukan di Sungai Babak dengan sampel air sungai 100 liter, ditemukan jenis kandung fiber 844 partikel.
"Kalau fiber ini bersumber dari degradasi kain sintetik akibat kegiatan rumah tangga pencucian kain, laundry dan juga limbah industri tekstil. Fiber juga disebabkan oleh sampah kain yang tercecer di lingkungan yang terdegradasi karena proses alam," kata Prigi.
Baca juga: Pro-Kontra Kereta Gantung Rinjani, LHK NTB: Kami Masih Menunggu Pengajuan Amdal
Kemudian, filamen ditemukan sebanyak 92 partikel, berasal dari degradasi sampah plastik sekali pakai seperti kresek, botol plastik, kemasan plastik single layer dan jaring nelayan.
Sementara kandungan fragmen berasal dari degradasi sampah plastik sekali pakai dari jenis kemasan sachet multilayer, tutup botol, botol sampo dan sabun sebanyak 110 partikel.
Tingginya kandungan mikroplastik tersebut, kata Prigi, disinyalir juga dampak dari Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Kebon Kongok yang berada di pinggir sungai.
"Indikasi penyebab juga mungkin karena ada TPA di dekat sana, menurut warga, air lindi TPA sering tumpah atau merembet ke sungai," kata Prigi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.