Salin Artikel

Sungai Tercemar Mikroplastik di NTB, Wagub: Ini PR Bersama

MATARAM, KOMPAS.com - Wakil Gubernur (Wagub) Nusa Tenggara Barat (NTB) Sitti Rohmi Djalilah menanggapi soal hasil penelitian Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) NTB bersama tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) yang menyebut sejumlah sungai di NTB tercemar mikroplastik.

Menurut Rohmi, penanganan sampah di sungai harus dilakukan secara bersama-sama, baik oleh pemerintah ataupun masyarakat.

"Temuan mikroplastik di sungai, memang ini PR kita ya, bukan hanya PR di Lombok, Mataram NTB, Indonesia bahkan dunia," kata Rohmi usai menghadiri acara di Universitas Nahdatul Wathan (UNU), Rabu (11/1/2023).

Target penyelesaian sampah hingga 100 persen, menurut Rohmi merupakan hal yang tidak mudah.

"Tapi progresnya alhamdulillah semakin kemari semakin banyak masyarakat yang peduli, juga dari sivitas akademisi dan dari berbagai pihak," kata Rohmi.

Rohmi mengajak masyarakat untuk selalu patuh dan taat untuk membuang sampah pada tempatnya.

"Mulai dari lingkungan diri sendiri, yuk kita mulai dari diri kita. Sehingga jangan saling menyalahkan tapi tidak melakukan apa-apa dari diri sendiri," kata Rohmi.

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) NTB bersama tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) mengeluarkan hasil penelitian di Sungai Babak, Desa Taman Ayu, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Sungai Babak mendapatkan nilai tertinggi terkait temuan mikroplastik yang mencemari sungai, di antara 68 sungai strategis nasional yang pernah diteliti ESN.

"Dari semua sungai yang kami pernah teliti, sungai Babak di NTB ini yang paling banyak mengandung partikel mencapai angka 1.046 partikel, setelah Jawa Timur," katapeneliti ESN Prigi Arisandi, Rabu (11/1/2023).

"Kalau fiber ini bersumber dari degradasi kain sintetik akibat kegiatan rumah tangga pencucian kain, laundry dan juga limbah industri tekstil. Fiber juga disebabkan oleh sampah kain yang tercecer di lingkungan yang terdegradasi karena proses alam," kata Prigi.

Kemudian, filamen ditemukan sebanyak 92 partikel, berasal dari degradasi sampah plastik sekali pakai seperti kresek, botol plastik, kemasan plastik single layer dan jaring nelayan.

Sementara kandungan fragmen berasal dari degradasi sampah plastik sekali pakai dari jenis kemasan sachet multilayer, tutup botol, botol sampo dan sabun sebanyak 110 partikel.

Tingginya kandungan mikroplastik tersebut, kata Prigi, disinyalir juga dampak dari Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Kebon Kongok yang berada di pinggir sungai.

"Indikasi penyebab juga mungkin karena ada TPA di dekat sana, menurut warga, air lindi TPA sering tumpah atau merembet ke sungai," kata Prigi.

https://regional.kompas.com/read/2023/01/11/211234578/sungai-tercemar-mikroplastik-di-ntb-wagub-ini-pr-bersama

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke