Ilham mengaku, saat makan di warung dirinya cuma membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit. Asalkan, makanan yang dipesan bisa cepat dihidangkan.
"Tapi kalau harus nunggu makanan gegara antre, itu beda lagi. Soalnya kalau ikannya pakek di goreng ya, kayak penyetan atau yang geprek, atau makan mie ayam, sate, nunggunya lama. Kita nunggu makanan disajikan sekitar 10-15 menit," ucap Ilham.
Hendrawan, warga Kedung Cowek, Surabaya, menilai durasi waktu makan 20 menit dinilai cukup hanya saat menyantap makanan di warung.
Namun, bila harus menunggu penyajian makanan di warung, ia menilai bahwa paling cepat membutuhkan waktu 30 menit untuk makan di warung.
"Kalau durasi waktu itu dihitung saat makan, saya kira cukup. Tapi kalau warungnya antre? Itu kan enggak bisa. Kita duduk di warung nunggu penyajian agak lama. Jadi enggak cukup kalau 20 menit," kata Hendrawan.
Baca juga: Izin Tinggal Habis dan Resahkan Warga, WNA Asal Denmark di Bali Dideportasi
Bagi warga yang tidak bekerja atau sedang work from home, kata dia, mungkin saja bisa memesan makanan untuk dibungkus dan dibawa pulang.
Namun, bagi pekerja yang sehari-hari berada di lapangan, otomatis makan siang harus di warung.
"Nah, kalau di warung kan, apalagi di kota besar, pasti ramai karena banyak pekerja yang makan siang di warung. Jadi sudah pasti antre. Dan kalau setelah makan masih merokok, pasti enggak cukup kalau cuma 20 menit," kata dia.
Sementara itu, warga lainnya, Rinne Partitiarti mengaku jarang makan di warung.
Dia memilih makan di warung saat kondisinya cenderung sepi. Tapi, jika kondisi warung ramai dia akan memilih untuk dibungkus.
"Kalau dibungkus, saya makannya di kantor. Karena kalau warung ramai saya takut tertular Covid-19. Saya pilih bungkus saja, makannya di kantor. Ya, untuk meminimalisir penyebaran saja. Karena kita perlu waspada juga," tutur dia.
Baca juga: Viral, Video Jenazah Diletakkan di Pinggir Jalan, Ini Penjelasan Polisi